Kamis, 06 Agustus 2009

10 Agenda Kebijakan agar Negara Indonesia Kuat dan Makmur, Serta Terbebas dari Penjajahan

10 Kebijakan ini bukan yang sempurna, namun dengan 10 kebijakan ini, akan terjadi perubahan yang nyata di Indonesia.

1. Kebijakan Mengutamakan Produk buatan dalam negeri.

Membuat rakyat Indonesia Lebih cinta produk buatan dalam negeri, dengan langkah pertama yang paling mudah, mewajibkan seluruh instansi atau institusi pemerintah untuk membeli produk-produk dalam negeri.
Misalnya :
komputer dan sepeda motor. Yang telah ada produsen dalam negerinya.
Kebutuhan seputar kamar mandi dan cuci. Sabun, shampoo, pasta gigi, mesin cuci, dan lain-lain. Yang sebagian besar didominasi oleh produk buatan perusahaan asing.
Juga barang-barang software komputer. Kenapa sih harus beli dari Bill Gates? Padahal orang-orang Indonesia dengan mudah bisa membuatnya. Buat kebijakan yang mewajikan seluruh kantor pemerintah untuk menggunakan software OPEN SOURCE. Maka dalam waktu yang cepat, akan berkembang software OPEN SOURCE.
Juga berbagai kebutuhan perkantoran lainnya yang sudah diproduksi oleh perusahaan-perusahaan dalam negeri sendiri.
Karena, negara-negara yang kuat dan makmur melakukan cara seperti itu dari dulu, seperti Malaysia, Korea Selatan, Jepang, Jerman dan lain-lain.
Contoh-contoh :
  • Lihatlah di Korea Selatan yang warganya lebih memilih mobil dan motor buatan dalam negerinya yang bermerk KIA atau Hyunday. Mobil-mobil Jepang atau Eropa hanya sedikit yang laku di Korea Selatan. Begitu juga HP atau komputer.
  • Lihatlah di Malaysia. Mobil dan sepeda motor keluaran Proton (buatan dalam negeri Malaysia lebih laku di Malaysia. Juga komputer dan lain-lain.
  • Lihatlah di Jepang. Mobil-mobil non Jepang tidak laku di sana. Bahkan jaringan toko seperti Wall Mart tidak bisa berkembang di Jepang. Sampe HP merk NOKIA tidak laku di Jepang.
  • Lihatlah di Jerman. Hanya ada mobil-mobil merk BMW, Mersedes, dan produk lokal lainnya.
  • Mengapa demikian? Karena dengan cara seperti itulah industri mereka (negara-negara maju tersebut) bisa maju dan berkembang.
Lihatlah di Indonesia, bukan hanya mobil, motor, komputer atau HP. Bahkan sabun mandi, sabun cuci, pasta gigi, shampoo, minyak wangi, susu bayi sampai susu orang dewasa dan berbagai kebutuhan lainnya kebanyakan produk yang dikeluarkan oleh perusahaan asing. Banyak produsen lokal yang mati berguguran karena produknya tidak laku.
Dan tidak ada kebijakan pemerintah yang secara tegas dan jelas mendukung industri dalam negeri tersebut.
Kalaupun ada dukungan pemerintah terhadap produsen-produsen dalam negeri baru sebatas seakan-akan, atau janji-janji. Bukan kebijakan yang jelas, tegas dan terstruktur.
Pernahkah ada data resmi berapa Trilyun per tahun, uang rakyat Indonesia untuk membeli Sabun mandi, sabun cuci, shampoo dan pewangi setiap tahun. Berapa produk yang dibuat oleh produsen dalam negeri dan berapa produk yang diproduksi oleh perusahaan asing? TIDAK ADA. Yang ada baru-baru ini adalah kebutuhan tempe Indonesia yang mencapai 2 Trilyun per tahun.

2. Reformasi Birokrasi.
Sistem Kerja aparatur negara baik yang bersifat karir (PNS) atau pejabat politik yang hidup dari uang negara (uang rakyat) harus direformasi. Sekarang gaji PNS telah naik cukup tinggi melebihi gaji/pendapatan pekerja di swasta. Tetapi kita melihat aparat birokrasi (semua PNS) tidak bekerja secara profesional. Banyak terlihat berangkat kerja jam 8.00 pagi dan jam 2.00 siang sudah pulang (bahkan ada yang jam 12 siang sudah pulang). Menyebabkan mereka tidak bisa melayani rakyat secara maksimal. Banyak rakyat yang harus kecewa karena tidak mendapat pelayanan yang baik. Padahal PNS tersebut digaji dari uang rakyat (uang pajak). Tidak ada sangsi dan tidak ada aturan yang mengaturnya.
Kerugian yang ditimbulkan akibat ulah PNS yang tidak profesional sangat besar bagi Negara Indonesia. Bukan hanya rakyat yang tidak terlayani dengan baik. Namun juga banyak program pembangunan dan berbagai tanggungjawab lainnya yang tidak bisa berjalan baik. Kalaupun toh programnya berjalan, banyak yang berjalan secara asal-asalan.
Juga memungkinkan penyalahgunaan dalam kepentingan politik. Misalnya seorang presiden menaikkan gaji PNS tanpa disertai dengan tata kelola yang baik, sehingga PNS tersebut dengan suka hati berkampanye diam-diam untuk capres tersebut agar terpilih kembali.
Anehnya, sejak reformasi sampai sekarang belum ada presiden yang sungguh2 mau melakukan reformasi birokrasi.
Langkah sederhananya bisa mencontoh sistem kerja di swasta, di mana ketika mereka melanggar aturan beberapa kali, bisa langsung dipecat. Sangat mudah, namum kenapa tidak berjalan? (silahkan jawab sendiri)
Lihatlah para pekerja disektor swasta, di mana mereka bekerja dari jam 8.00 sampai jam 16.00. Dengan target pekerjaan yang lebih berat dari PNS dan gaji yang lebih kecil dari PNS. Dan kalau melanggar atau membolos akan segera kena sangsi berupa pemecatan. Lalu lihatlah dan bandingkan dengan PNS bekerja.
Sungguh, sebuah contoh ketidakadilan yang nyata. Yang dilakukan para pemimpin (abdi negara dan pelayan masyarakat) ini terhadap rakyatnya sendiri.

3. Pendidikan dan Kesehatan gratis bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Berapa sih yang dibutuhkan untuk membuat pendidikan dan pelayanan gratis untuk seluruh rakyat? Apakah dengan anggaran 1000 Trilyun di APBN masih kurang? Belum lagi anggaran di Pemprov, PEMDA dan PEMKOT.
Harusnya bisa dan mudah bukan?
Sudah banyak dibahas, dan sudah ada UU nya, tetapi masih belum berjalan juga. Dasar!!!

4. Jadikanlah lembaga anti korupsi yang lebih kuat.

Salah satu agar negara kuat adalah negara yang bersungguh-sungguh membebaskan dirinya dari korupsi. Karena korupsi tidak hanya merugikan secara fisik. Namun membentuk mentalitas bangsa yang menjadi buruk. Membuat negara menjadi lemah.
Namun akhir-akhir ini, kita dikagetkan oleh seperti skenario untuk melemahkan KPK. Padahal sudah mulai banyak harapan terhadap KPK dengan berbagai terobosannya. Sekalipun masih ada kelemahan, tetapi setidaknya ada upaya yang lebih kongkrit terhadap pemberantasan korupsi.
Menurut saya, upaya melemahkan KPK ditunggangi oleh 2 kelompok : Pertama, para pejabat yang merasa dirinya terancam akan masuk penajara. Kedua, negara-negara penjajah yang tidak ingin Indonesia menjadi kuat, besar dan bersih.
Banyak perusahaan asing (misalnya perusahaan pertambangan) yang akan ikut rugi bila Indonesia memiliki pejabat yang bersih dan tidak bisa disuap.

5. Merubah paradigma dari ekspor TKI menuju ekspor Pengusaha (pedagang).

Dari pada hanya mengirimkan TKI yang hanya bersifat sementara, lebih baik mendanai orang Indonesia agar mau menjadi pedagang (pengusaha) di luar negeri. Karena kebanyakan negara Maju dan Kuat, untuk menguasai negara lainnya biasanya dengan mengirimkan para pengusahanya dahulu. Hampir kebanyakan negara maju. Misalnya Jepang, di mana dari jaman penjajah dulu, mereka selalu mengirimkan para pengusahanya ke sebuah negara, lalu secara lambat laun menguasai negara tersebut.
Juga buatlah Indonesia memiliki lebih banyak pengusaha atau pedagang. Yang lebih mengerti ekonomi praktis, dan bukan hanya ekonomi teori.
Caranya sangat mudah, yang paling penting pemerintah mau bersungguh-sungguh, misalnya dengan memanfaatkan kantor-kantor kedutaan atau atase perdagangan di luar negeri.

6. Perkuat pertahanan dan keamanan.

Hanya dengan pertahanan dan keamanan yang kuat, maka Indonesia tidak mudah disusupi oleh orang-orang asing yang memiliki kepentingan untuk membuat Indonesai menjadi negara lemah. Rakyat merasa nyaman dan aman, baik ketika berada dinegaranya sendiri maupun ketika berada diluar negeri.
Anggaran untuk pertahanan dan keamanan harus dinaikkan dan dibuat secara ideal agar benar-benar cukup untuk melakan pertahanan dan keamanan. Sebagaimana bangsa-bangsa maju dan besar melakukannya.
Salah satu cara Belanda untuk mampu menguasai Indonesia adalah membuat politik divide at impera (politik adu domba). Dan sampai sekarang, karena lemahnya pertahanan dan keamanan, membuat Indonesia sibut dengan konflik-konflik. Banyak konflik-konflik yang tiba-tiba muncul tanpa Indonesia tahu siapa dalang konfliknya. Sehingga kita sibuk dan lelah dengan konflik-konflik tersebut.

7. Gunakan cara Sewa untuk semua kebutuhan kantor pemerintah. Kecuali yang tidak mungkin di sewa.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa pemerintah kita tidak efisien dan tidak efektif. Menurut Rizal Ramli, anggaran untuk pembelian alat dan pemeliharaan alat-alat dan kantor pemerintah mencapai 300 Trilyun per tahun. Pemeliharaan alat dan perkantoran banyak yang dikorupsi sehingga nilai pemeliharaan selama 5 tahun hampir sama dengan nilai belinya.
Sangat boros dan tidak efisien.
Gedung-gedung buatan pemerintah seringkali juga berkualitas buruk dan asal buat (asal proyek berjalan).
Masih menurut Rizal Ramli, pemerintah bisa merubah sistem pmebelian itu dengan sistem sewa. Alat-alat dan perkantoran bisa dirubah menjadi sistem sewa. Dengan cara ini, uang yang diperlukan pertahun HANYA 70 Trilyun. Sehingga Negara bisa menghemat uang 230 Trilyun. Anggaran yang sangat besar!!!
Bayangkan! Anggaran sebanyak itu bisa untuk membenahi infrastruktur jalan-jalan diseluruh daratan Indonesia. Dan Indonesia tidak perlu BERHUTANG pada negara asing (negara penajajah).
Juga, dengan sistem sewa, menutup lubang-lubang korupsi pada saat pembangunan kantor-kantor atau korupsi pada pemeliharaan.
Contoh sederhana, ada seorang pejabat sedang menserviskan mobil dinasnya. Nota resmi dari bengekl service hanya 200 ribu, tetapi pejabat tersebut meminta nota baru dan membuat nota senilai 400 ribu. Kejadian seperti ini banyak terjadi.

8. Reformasi hukum dan kehakiman
Jumlah Hakim di Indonesia diperkirakan sekitar 4000 an hakim. Pemimpin negara bisa mereformasi lembaga peradilan dengan menyeleksi kembali hakim-hakim yang ada. Hakim-hakim yang tidak bekerja secara maksimal atau memiliki catatan buruk segera diganti. Banyak sarjana hukum Indonesia yang lebih baik dan lebih peduli ada keadilan yang siap untuk masuk.
Atau buat target baru untuk perubahan. Hakim yang tidak mampu memenuhi target dipersilahkan mundur, dan diberi pesangon selayaknya orang yang bekerja.
Masa sih kita tidak bisa memilih 4000 orang untuk menjadi hakim diantara 230 juta penduduk Indonesia?
Kalau saya sangat yakin, banyak sarjana hukum Indonesia, yang benar-benar siap mengabdi pada kepentingan bangsanya.

9. Segera selesaikan aturan-aturan yang membuat rakyat Indonesia disibukkan oleh konflik antar rakyat.
Misalnya reformasi hukum agraria. Yang tidak segera dibuat menjadi lebih baik. Sehingga setiap hari kita melihat media Indonesia yang memberitakan konlik rebutan lahan antar warga dan seringkali melibatkan banyak orang dan banyak pihak.
Inilah anehnya, ketika banyak UU yang dibuat dipengaruhi oleh amerika (misalnya UU anti teror, UU pemberdayaan wanita dan lain-lain), namun ketika menyentuh masalah UU agraria (di mana USA memiliki UU yang cukup bagus untuk ditiru), malah tidak pernah dijadikan media studi banding. Atau tidak ada usaha serius untuk segera melakukan reformasi agraria.
Seakan-akan ada semacam skenario untuk terus membiarkan rakyat Indonesia untuk berada dalam kondisi ketidakpastian, atau menyibukkan rakyat dengan konflik-konflik yang melelahkan.
Konflik rebutan tanah/lahan adalah konflik yang paling sering terjadi di rakyat Indonesia, dan bersifat sensitif sehingga bisa memecah belah dan mudah diadu domba.
Sehingga tidak ada waktu bagi rakyat Indonesia untuk memapu berpikir secara mendalam bagaimana membangun bangsanya.

10. Bersinergi dengan media massa.
Media massa memiliki peran yang paling besar untuk membangun opini publik atau menghegomni rakyat.
Namun, kita juga tahu bahwa ada kelemahan dari media masa sekarang yang telah menjadi bagian dari indstri dan berorientasi pada profit.
Tentu tidak mudah meyakinkan media masa dari pemilik (pemegang sahamnya) sampai kepada wartawannya (pekerja pers) untuk ambil bagian dalam kerja-kerja seperti mendorong lahirnya kebijakan untuk mendahulukan produk dalam negeri.
Di antaranya karena banyak iklan-iklan yang berharga mahal yang datang dari perusahaan milik orang asing. Misalnya :
Iklan dari pabrikan mobil dan motor seperti Toyota, Honda, Susuki, Daihatsu, Nisan, Mercy, BMW, FOrd Motor, Yamaha dan lain-lain.
Iklan dari kebutuhan keluarga seputar kamar mandi mulai UNILEVER, Panten, Attack, dan lain-lain. Produk komputer seperti TOSHIBA, INTEL, ASUS, dan lain-lain. Produk HP seperti NOKIA, SAmsung, Motorola dan lain-lain. Produk susu mulai susu bayi sampai susu orang dewasa, yang kebanyakan dimiliki oleh perusahaan Australia dan Belanda. Produk minmuman dan makanan ringan seperti Coca cola, Fanta, Sprite, berbagai biskuit dan semacamnya, salah satu negara pembuat biskuit adalah Italia.
Sampe industri rokok, yang penuh dengan kontroversi karena merugikan kesehatan, yang banyak membayar iklan, dan yang lambat laun mulai dikuasai orang asing. Misalnya Sampurna yang dibeli oleh Pihilip Moris, pordusen seperti Marlboro, Lucky Strike dan lain-lain.
Perusahaan-perusahaan milik asing tersebut merupakan pemasang iklan terbesar di Indonesia. Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, ada keengganan atau ketidaksukaan terhadap agenda-agenda yang bertentangan dengan agenda-agenda yang akan merugikan.
Dan tanpa iklan-iklan tersebut, banyak media massa cetak maupun elektronik yang akan merugi.
Bukan berarti mendukung pemerintah mengintervensi independensi wartawan dan media massa. Namun, mengajak wartawan dan media massa untuk berpihak pada kepentingan nasional, yaitu membangun rasa nasionalisme yang lebih kuat dan membebaskan Indonesia dari ketidakadilan sistem ekonomi neoliberal. Sistem ekonomi yang jelas-jelas telah terbukti memiskinkan Indonesia dan merampas kedaulatan ekonomi Indonesia.

Saya optimis, bahwa apabila pemimpin Indonesia benar-benar terbebas dari pengaruh asing (penjajah), dan memiliki keberanian untuk lebih membela rakyatnya dari pada orang-orang asing (penjajah), serta tidak gila kekuasaan dan Jabatan.
Maka agenda-agenda itu akan sangat mudah dilaksanakan.

Saya juga yakin, bahwa kalau kebijakan seperti di atas segara dilakukan, maka dalam waktu 2 atau 3 tahun kita akan bersama-sama melihat Indonesia yang tumbuh menjadi negara yang makmur, kuat dan berwibawa secara cepat dan menakjubkan.

Pokok masalahnya adalah akan selalu ada penentang atau pihak-pihak yang selalu menghalang-halangi agenda perubahan tersebut.
Yang pertama, dari dalam negeri, yaitu pejabat-pejabat atau orang-orang yang terancam posisinya atau pihak yang akan dirugikan, mereka akan berjuang keras untuk melawan agenda perubahan. Merekalah orang-orang pro status quo. Mereka terdiri orang-orang oportunis yang rela menjual bangsanya sendiri.
Yang Kedua, pihak-pihak asing atau negara-negara penjajah yang memiliki kepentingan terhadap Indonesia. Misalnya orang Jepang yang akan segera mengalami kerugian besar jika Indonesia membuat kebijakan untuk memprioritaskan produk lokal. Karena mobil, motor, komputer, HP, produk elektronik, sabun dan produk lain yang bermerk pabrik Jepang akan menurun penjualannya.
Begitu juga dengan Amerika, Belanda dan negara lainnya. Belum perusahaan-perusahaan tambang mereka seperti Freeport, Exxon, dan lain-lain.

Negara Indonesia adalah negara Kaya dan memiliki potensi untuk menjadi lebih besar dan lebih hebat dari semua negara di dunia. Kalau sekarang ini sepertinya lemah dan miskin, lebih dikarenakan sistem ekonomi internasional (ekonomi neoliberal) yang memiskinkan dan melemahkan secara sistematis dan struktural negara-negara seperti Indonesia. Sehingga untuk melawan dan bangkit diperlukan cara yang sistematis dan terorganisir.

Kita butuh pemimpin yang BENAR-BENAR BERJUANG UNTUK KEPENTINGAN BANGSA DAN NEGARANYA, bukan PEMIMPIN YANG HANYA BERJUANG UNTUK MEMPERTAHANKAN JABTAN DAN KEKUASAANNYA SAJA.
Diperlukan PEMIMPIN YANG BERANI melakukan perubahan dan BERANI berkata tidak terhadap hal-hal yang jelas-jelas merugikan bangsanya.

Kita memang harus optimis, dan bersedia berusaha dan berjuang mulai dalam diri kita sendiri, tetapi kita tidak boleh diam melihat ketidakadilan yang diakibatkan oleh sebuah sistem dan rekayasa.

Kamis, 09 Juli 2009

AGENDA NEO LIBERALISME DAN PILPRES

Pemilu kali ini memperjelas adanya konspirasi para penjajah untuk membuat pemimpin boneka di Negara Indonesia. Dan dengan dukungan Amerika dan sekutunya maka terpilihlah pemimpin boneka tersebut. Pemimpin boneka yang siap mengabdi kepada kepentingan dan agenda neo liberal.
Sekalipun sempat muncul isu neoliberalisme, namun tidak menurunkan pamor para pemimpin pendukung neo liberalisme. Karena rakyat Indonesia sudah di desain sedemikian rupa untuk tidak peduli terhadap hal-hal yang berbau ideologis. Rakyat Indonesia sudah masuk ke dalam setting ideology global kapitalisme. Ciri masyarakat kapitalis di antaranya adalah bergaya hidup konsumtif, individualis dan menyukai tokoh yang populis.
Namun setidaknya pada pilpres kali ini telah muncul isu neolib ke masyarakat melalui pemberitaan media massa. Sekalipun hanya sebentar, dan belum mampu mempengaruhi pikiran rakyat Indonesia akan bahayanya agenda neo liberalisme bagi bangsa dan rakyat Indonesia.
Negara G7 sebagai pembawa agenda neoliberalisme, sudah pasti tidak akan membiarkan rakyat Indonesia menjadi cerdas dan kritis terhadap maksud tersembunyi dari neo liberalisme, yaitu PENJAJAHAN. Dan dengan kekuatan mereka yang sangat kuat dan kompak, dengan mudah bisa menjadi penentu siapa Presiden Indonesia yang akan terpilih. Dukungan dana, inteligen dan jaringan media massa mereka akan segera bekerja untuk membantu kemenangan Pemimpin boneka.
Pasa saat reformasi 98, sebelumnya saya tidak menyadari akan kemungkinan adanya kepentingan asing para penjajah. Beberapa tahun setelah itu saya baru menyadari bahwa ada kepentingan penjajah (AS, Jepang dan sekutunya) yang ikut bermain sehingga Suharto bisa dilengserkan. Tanpa itu, rasanya sulit gerakan mahasiswa mampu sedemikian solid dan sangat cepat memaksa Suharto turun. Saya tidak tahu apakah manta aktifis 98 juga memiliki pemikiran yang senada.
Kenapa AS dan sukutunya membiarkan dan mendukung demonstrasi anti Suharto? Sudah pasti karena Suharto sudah tidak mereka anggap lagi sebagai orang yang menguntungkan para penjajah itu.
Kalau mahasiswa angkatan 98 saja mudah ditunggangi oleh Negara-negara penjajah, apalagi rakyat kebanyakan yang menjadi penentu dalam PILPRES?
Yang saya pahami tentang Negara-negara penjajah adalah Negara-negara yang tergabung dalam kelompok G7 : Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat. Negara yang memiliki ekonomi terkuat didunia. Akhir-akhir ini G7 memasukkan Cina sebagai anggota sehingga menjadi G8. Tetapi tampaknya Cina bukanlah type Negara penjajah, sehingga sulit dikendalikan. Dampaknya adalah Cina menjadi penyebab salah satu runtuhnya atau krisisnya ekonomi di Negara kaya tersebut. Di samping G7, ada beberapa Negara lain yang menjadi pendukung G7 seperti Korea, Malaysia, Singapura dan Australia yang ikut menikmati kemakmuran dari penjajahan. Bukan karena Negara tersebut benar-benar mampu tetapi lebih karena dukungan dari G7, untuk memanipulasi kedok penjajahan mereka. Atau Negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, yang sekalipun mereka Negara kaya, tetapi para pemimpinnya takut berhadapan dengan AS dan sekutunya, yang bisa menyebabkan mereka digulingkan dari kekuasaannya.
Cobalah lihat keanehan dukungan Amerika Serikat terhadap Raja Saudi yang jelas-jelas merupakan Negara yang tidak memakai sistem demokrasi. Kenapa??? Karena raja Arab Saudi masih setia dan menguntungkan AS dan sekutunya.
Arab Saudi sebenarnya memiliki kemampuan untuk membuat Amerika dan sekutunya bangkrut dalam sekejap. Karena Arab Saudi memiliki ladang minyak yang menghasilkan 12 juta barel perhari. Kalau saja Arab Saudi memotong eksplorasi minyak menjadi separuhnya (setengahnya) saja menjadi 6 juta barel perhari, maka harga minyak dunia bias naik berlipat-lipat dan meruntuhkan ekonomi Negara G7. Untuk itulah Negara-negara kaya minyak itu akan selalu menjadi prioritas utama AS dan sekutunya untuk selalu dikendalikan.
Atau coba lihat keanehan Amerika Serikat dan sekutunya yang mendukung secara Mutlak terhadap Negara Israel. Sekalipun Israil hamper setiap hari membunuh rakyat Palestina. Berapa ratus ribu atau bahkan berapa juta Rakyat Palestina yang dibunuh oleh tentara Israel. Dan lihatlah sikap para pemimpin Negara G7 atau media massa yang ada di sana yang seakan menutup mata dan telinga terhadap kebrutalan Israel terhadap Palestina. Sampai sekarang, yang secara vulgar terus mempertonotnkan kebrutalannya dalam membunuhi rakyat palestina.
Khusus untuk intervensi Amerika dan sekutunya terhadap Indonesia, saya sendiri belum menemukan secara rinci bagaimana cara kerjanya. Namun saya meyakini, bahwa Amerika Serikat dan sekutunya memiliki cara yang lebih canggih untuk mempengaruhi suara rakyat Indonesia.
Ada sebuah cerita dari temen saya yang kebetulan dekat dengan Wiranto, tentang salah satu indikasi peran AS dalam pilpres di Indonesia.
Pada saat akan mendeklarasikan Partai Hanura (jauh sebelum pileg), ada konsultan politik dari Washington yang menemui Wiranto. Dan menawarkan kepada Wiranto untuk memilih Sri Mulyani atau Boediono sebagai cawapresnya. Tawaran ini, mengindikasikan bahwa Sri Mulyani dan Boediono sudah disiapkan jauh-jauh hari oleh Amerika Serikat.
Mungkin cerita ini bisa benar dan salah, dan bisa diperdebatkan. Namun kalau kita membaca buku-buku tulisan Bob Woodward tentang peran CIA di dunia, tertulis dengan jelas bahwa Amerika memiliki ribuan cara dan strategi yang sangat canggih untuk mendukung sesorang menjadi presiden atau menggulingkan seorang presiden dari kursi kekuasaannya. Salah satu buku yang saya sukai dari karya Bob Woodward adalah “Perang Rahasia CIA 1981-1987”. Di situ dilukiskan secara jelas bahwa Amerika Serikat bermain dalam setiap pemilihan presidan atau pemimpin Negara-negara di dunia. Juga bagaimana CIA mendanai operasinya dan cara mendapatkan dananya.
Kalau AS tidak menyukai seorang pemimpin sebuah Negara, maka akan ada kerja-kerja khusus dan sistematis untuk segera menggulingkan pemimpin tersebut. Tentunya Negara tersebut adalah Negara yang dpandang potensial untuk dijajah misalnya seperti Indonesia, Afganistan, Iran, Nigeria, atau Negara-negara yang kaya akan minyak atau sumber daya alam lainnya.
Caranya sangat banyak mulai dari cara yang halus sampai cara yang kasar. Misalnya menciptakan pemberontak di Nigeria dan Negara-negara afrika sehingga Negara tersebut menjadi lemah, atau dengan cara pembunuhan terselubung. Misalnya pembunuhan terhadap Muammar Kadafi (pemimpin Libya) yang tidak berhasil.
Ada beberapa Negara yang sanggup bertahan misalnya Iran, Cina atau Libya. Tetapi lebih banya Negara yang sangat mudah di infiltrasi dan digoyang, seperti Negara Indonesia, Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab.
Beberapa temen-temen aktifis anti neoliberal yang saya temui ternyata juga pernah membaca buku yang sama. Mungkin kawa-kawan juga pernah membaca buku-buku yang mirip dengan ini.
Repotnya adalah, bahwa teori konspirasi adalah kondisi yang sangat sulit untuk kita jelaskan dan sampaikan kepada rakyat Indonesia. Karena rakyat Indonesia belum memiliki tradisi membaca atau mengkaji hal-hal yang bersifat serius. Atau lebih suka dan terbiasa dengan hal-hal bersifat instant dan pragmatis.
Kadang-kadang saya merasa putus asa, tentang bagaimana mengungkapkan hal ini secara ringkas dan mudah diterima oleh orang lain dan rakyat pada umumnya. Hanya kawan-kawan aktifis atau mantan aktifis yang mampu menagkap, menganalisa dan memahaminya.
Mungkin sangat mudah untuk mengatakan Bahwa Bangsa kita Indonesia masih terjajah oleh kekuatan asing.
Namun, banyak orang akan menyangkalnya, karena dari SD sampai perguruan tinggi, makna penjajahan yang didapatkan adalah penjajahan model Belanda. Atau dengan kekuatan senjata.
Tidak ada dalam pelaran sekolah tentang : Kenapa Indonesia bisa dijajah lama sekali oleh Belanda (sekitar 350 tahun)?
Kenapa rakyat Indonesia baru merdeka setelah 350 tahun???
Belanda menjadi kaya raya dan menjadi maju, karena hasil jajahannya yang sebagian besar didapatkan dari Negara Indonesia.

Juga tidak kita temukan dalam pendidikan sejarah di sekolah tentang kenapa Pangeran Diponegoro atau Pahlawan lainnya tidak mendapatkan dukungan yang kuat dari Rakyat pada saat itu??? Yang kita tahu, bahwa Pangeran Diponegoro dikianati oleh wakilnya sendiri, tertangkap lalu diasingkan oleh Belanda.

Mungkin kawan-kawan memiliki analisa lain yang lebih tajam dan memiliki bukti-bukti otentik lainnya bahwa Indonesia adalah negeri yang terjajah. Kalau ada, berarti benar bahwa apa yang saya pikirkan adalah benar. Munkin bisa saling berbagi.

Dan mungkin sudah saatnya kita untuk melawan Penjajah. Intinya adalah Penjajahannya, bukan siapa Presidennya.
Kalau Presiden kita ternyata lebih berpihak dan mendukung agenda para Penjajah, salah satunya adalah dukungannya terhadap agenda neoliberalisme, maka dengan terpaksa sekali kita juga harus berhadapan dengan Presiden kita sendiri.


Kalau memang benar bahwa Kita siap untuk bersatu menyadarkan rakyat bahwa Indonesia sedang terjajah maka diperlukan langkah-langkah yang perlu kita mulai sejak sekarang. Mumpung, situasi masih cukup panas, karena konflik elit yang sedang sibuk berebut kekuasaan. Dan siapa tahu kita bisa memanfaatkan situasi ini untuk mempercepat konsolidasi gerakan sampai ditingkat rakyat untuk melawan neo liberalisme, neo imperalisme dan neo kolonialisme.
1. Mengajak kawan-kawan kita yang aktif atau bekerja di media massa untuk ikut membantu menyadarkan rakyat akan pentingnya menyadari bahwa Indonesia masih Terjajah, dan perlunya berjuang melawan penjajahan. Kita semua tahu bahwa opini rakyat sangat dipengaruhi oleh opini yang berkembang di media massa. (TV, Koran dan lain-lain). Dan kita juga menyadari bahwa media massa sekarang ini lebih berorientasi kepada industri dan bisnis, sehingga para pekerja media menjadi tidak peduli kecuali hanya pada kepentingan profesional pekerjaan dan gaji.
2. Mengajak siapapun untuk bergabung dalam gerakan melawan neo liberalisme, neo kolonialisme dan neo imperialisme. Artinya kita perlu menghilangkan sekat psikologis karena perbedaan partai maupun agama. Yang paling penting siapapun yang mau mendukung gerakan anti neoliberalisme. Tidak perduli apakah dia seorang tokoh pemerintah atau salah seorang penguasa. Hilangkan sikap curiga antar kawan, sekalipun kawan tersebut sedang dekat dengan penguasa atau tokoh tertentu. Yang terpenting adalah dukungannya terhadap gerakan ini sehingga gerakan ini bias mudah menjadi besar karena kuatnya dukungan, dan mampu menyadarkan rakyat Indonesia akan penjajahan. Untuk sementara, hilangkan sikap tentang siapa yang mau memimpin karena yang terpenting adalah agenda melawan penjajahan.
3. Memanfaatkan semua media yang lain, seperti internet untuk memperkuat jaringan dan konsolidasi gerakan.
4. Bersiap-siap untuk mendapatkan serangan balik. Karena para penjajah tidak akan diam dan membiarkan para pemberontak.
Dan tentu masih banyak cara lainnya.

Analisa di atas bisa saja salah, namun mari kita lihat bersama-sama selama 5 tahun ke depan, dengan indicator : pemimpin penguasa Indonesia mengabdi dan berjuang berlandaskan 4 konsensus dasar RI (Pancasila, UUD'45, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI) atau justru mengabdi pada Washington Consensus (Deregulasi, Stabilisasi, Restrukturisasi, Privatisasi, dan Liberalisasi)

Rabu, 08 Juli 2009

PILPRES 2009 DAN RAHASIA KEMENANGAN SBY-BOEDIONO

Jauh-jauh hari sebelum PILPRES saya sudah yakin sepenuhnya bahwa SBY akan memenangkan kembali PILPRES 2009. Bukan karena kehebatan SBY dan Tim Suksesnya, tetapi karena ada dukungan dari AMERIKA SERIKAT (AS) terhadap SBY, sejak Pemilu 2004.
Dan saya sudah yakin sebelumnya bahwa SBY juga tidak akan memilih Hidayat Nurwahid (PKS) sebagai cawapresnya. Bukan karena Hidayat Nurwahid jelek atau tidak disukai SBY, tetapi karena Hidayat Nurwahid bukan dukungan AS. Dukungan dan rekomendasi AS adalah Sri Mulyani atau Budiono.
Memilih Hidayat Nurwahid yang berbasis partai Islam tentu saja tidak disukai oleh AS, dan dengan mudah SBY ditinggalkan atau dijatuhkan oleh AS dan sekutunya.
Banyak orang heran mengapa sejak tahun 2004 tiba-tiba SBY menjadi sedemikian popular dan mendapat tempat di hati rakyat?
Dan mengapa tahun 2004 dan 2009 ini suaranya begitu besar?
Apa jasa SBY yang terbesar sehingga rakyat Indonesia begitu memujanya?
Kalau memang AS berada dibalik kemenangan dan popularitas SBY, bagaimana cara kerjanya?
Itulah hebatnya konspirasi dari Negara-negara penjajah yang tidak tersentuh dan bekerja secara canggih.
Di dalam buku karya Bob Woodward yang berjudul “Perang Rahasia CIA 1981-1987” ditemukan banyak bukti nyata yang menunjukkan peran Negara AS dan sekutunya dalam mempengaruhi seluruh Negara-negara di dunia. Mulai cara yang halus sampai dengan cara yang kasar, misalnya dari menskenario berita di media massa sampai mendanai pemberontakan dan pembunuhan terselubung.
Di dalam Pemilu 2009 ini, ada beberapa fakta yang bisa kita kumpulkan, dianalisa dan dirangkai sampai menemukan adanya kekuatan besar yang ikut bermain dibelakang SBY. Fakta-fakta ini bisa saja dianggap lemah dan tidak berdasar pada bukti yang nyata. Karena kalau mudah ditebak dan diungkap ke public, bukan teori konspirasi namanya.
  • Di tahun 2004, SBY tiba-tiba menjadi popular bukan karena dia hebat dan cerdas, atau bukan karena jasanya yang besar bagi Negara Indonesia tetapi karena HANYA di bilang kekanak-kanakan oleh Taufik Kiemas suami Megawati. Dan segera saja ada blow up dari media massa yang mengarah pada pencitraan bahwa SBY telah di didolimi/dianiaya oleh Megawati. Begitu kuatnya pemberitaan itu, sehingga SBY “tampak” seperti orang baik dan Megawati “tampak” seperti orang jahat. Dan rakyat kebanyakan secara umum mudah dipengaruhi oleh hal-hal kecil seperti ini. Siapa yang menskenario media massa Indonesia sehingga bisa semudah itu tergiring untuk mempahlawankan SBY hanya karena masalah sepele?
  • Di tahun 2004, juga di tahun 2009, SBY tidak hanya memenangkan banyak suara di Indonesia, tetapi juga diluar negeri. Padahal tahun 2004 SBY hanya didukung partai yang baru muncul. Ada semacam jaringan Intelligen yang sangat kuat yang ikut berkerja untuk memenangkan SBY. Dan tentu saja bukan jaringan inteligen dari Indonesia yang mampu melakukan hal-hal besar seperti itu. Dugaan saya adalah jaringan inteligen dari Negara penjajah pimpinan Amerika Serikat.
  • Coba lihat selama kampanye PILPRES 2009. Hampir tidak ada kejelekan atau kesalahan SBY yang ter blow up oleh media massa. Kalapun ada hanya muncul sebentar, lalu dengan cepat akan tertutup oleh isu-isu lain. Dan yang terpengaruh hanya sekelompok kecil rakyat Indonesia yang melek Informasi dan memiliki daya berpikir kritis. Bukan kebanyakan rakyat Indonesia yang jauh-jauh hari telah dipengaruhi atau dihegemoni akan kebaikan SBY. Atau kampanye sudah disetting sedemikian rupa untuk tidak mampu merubah pilihan rakyat.
  • SBY menang di quick count, dan tidak ada protes. Hebat bukan? Sekalipun ada kecurangan, yang bahkan kecurangan yang telah di ambil gambarnya oleh TV. Kenapa? Karena ada jaringan yang secara hebat bekerja dan mempengaruhi untuk tidak tercipta protes dan lain-lain. Yang jelas karena SBY didukung oleh AS. Berbeda dengan kejadian di Iran, ketika Ahmadinejad memenangkan PILPRES baru-baru ini. Tiba-tiba muncul isu kecurangan (yang tidak terbukti sama sekali) dan terjadi protes di mana-mana. Lalu, tiba-tiba ada seorang demonstran wanita yang tertembak. Lalu, CNN memberitakan berkali-kali selama hampir 4 jam tanpa putus, dan selama beberapa hari yang mampu mengarahkan opini dunia seakan Ahmadinejad yang menembak sendiri demonstran tersebut. Dan lihat juga, televisi di Indonesia yang juga turut menyiarkan secara berulang-ulang sampai beberapa hari. Bandingkan dengan pemberitaan tentang pembunuhan rakyat di Irak dan Afganistan oleh tantara AS yang hamper setiap hari terjadi. Yang jumlahnya mencapai ratusan ribu orang. Benar-benar mengerikan namun tidak pernah diberitakan. Sehingga rakyat di dunia menganggap Presiden Iran penjahat dan presiden Amerika adalah orang baik. Untunglah, rakyat Iran cukup solid dan tidak mudah diinfiltrasi dan diadu dmba lebih jauh.
  • Opini melalui media massa adalah salah satu alat yang paling utama di gunakan oleh AS dan sekutunya untuk terus menguasai dunia. Lihatlah Israel yang menjajah dan bertindak brutal dengan menembaki demonstran Palestina, bahkan menyerang rakyat tidak berdosa Palestina secara membabi buta. Namun, opini di dunia sanggung di setting atau di arahkan sedemikian rupa untuk menutup-nutupi kejahatan Israel di Palestina. Sekalipun secara resmi Badan Dunia telah menyatakan Israel telah melakukan kejahatan perang di Palestina. Bahkan, media massa bisa digiring ke opini bahwa kelompok Hamas lah yang bersalah. Luar biasa bukan?
  • Apakah benar media massa Indonesia semudah itu dipengaruhi pemberitaannya oleh agenda konspirasi global? Saya tidak tahu secara persis. Namun, coba pertanyaannya dibalik, sejauh manakah para pekerja media massa Indonesia menyadari sepenuhnya akan adanya teori konspirasi global tersebut? Mungkin kawan-kawan dari media massa yang paling berhak untuk menjawab secara jujur dan kritis masalah ini.
  • Kasus di Malalah Time di mana SBY ditempatkan sebagai 100 tokoh yang paling berpengaruh di dunia. Setelah di chek berkali-kali, ternyata nama SBY tidak termasuk dari 100 tokoh tersebut, bahkan nama SBY tidak tercantum di daftar kandidatnya yang berjumlah 203 orang. Tetapi majalah Time, memuat foto 100 tokoh tersebut di sampul halaman, dan ada gambar SBY. Kok bisa ya? Begitukah cara salah satu mesin inteligen AS bekerja? Dan hebatnya, di Indonesia, ketokohan SBY di Majalah Time itu diiklankan diberbagai media massa. Anehnya, hamper tidak ada media massa yang mau mengulas kebohongan tersebut. Hanya sedikit sekali di metro TV yang pernah saya lihat ditengah malam hari.
  • Dana kampanye yang sangat besar dari ketiga capres Indonesia. Dari mana mereka mendapatkan, dan seberapa besar yang telah dikeluarkan? Dari tahun ke tahun, rakyat Indonesia tidak pernah benar-benar tahu karena masih lemahnya system keterbukaan terhadap keuangan di Indonesia. Dan ini adalah celah yang sangat mudah disusupi dipermainkan oleh orang luar yang memiliki kepentingan. Dan bisa saja, ketiga Capres mendapatkan dukungan dana dari luar. Tetapi, kita tidak pernah tahu dan tidak pernah terungkap.
  • Berbondong-bondongnya partai Islam berkoalisi dengan Partai Demokrat dan SBY, tentu bukan kejadian yang normal dan natural. Karena ada jaringan inteligen AS dan jaringannya di Indonesia yang ikut bermain. Coba kita pikirkan lagi secara mendalam, alasan apa sesungguhnya yang membuat partai-parti berbasis Islam sedemikian mudahnya bergabung dengan SBY? Apakah hanya murni masalah kekuasaan? Menurut saya tidak, karena sekalipun mereka memang juga rakus kekuasaan, tetapi ada ideology yang masih tersisa yang membuat mereka harusnya tidak semudah itu berkoalisi dengan SBY.
Dan berbagai fakta yang lain yang masih sangat banyak yang bisa kita temukan, yang kalau kita mau berpikir kritis dan mendalam akan benar-benar terungkap adanya AS dibalik PILPRES 2009.
Sehingga kemengan SBY bukan ditentukan oleh rakyat, tetapi ditentukan oleh Kekuatan Asing bernama Amerika Serikat dan sekutunya.
Intinya AS dan sekutunya bisa menaikkan atau menjatuhkan popularitas seseorang dalam waktu singkat dan secara sistematis tanpa rakyat kebanyakan menyadarinya. Bahasa kasarnya adalah kalau tiba-tiba secara tidak sengaja anda menginjak semut. Lalu semut itu mati karena anda. Lalu di blow up sedemikian rupa di media massa. Maka akan sanggup membuat orang yang melihatnya menjadi sangat kasihan kepada semut yang terinjak dan mati tersebut, dan kemudian menyalahkan anda sebagai orang yang tidak bertanggungjawab dan kejam karena telah membunuh semut.
Pertanyaan penting berikutnya adalah Tidak adakah orang-orang ditingkat elit dan orang pandai di Indonesia yang mengetahui hal ini?
Saya yakin sudah banyak yang tahu. Karena disamping orang-orang pintar, Indonesia juga memiliki intelegen Negara, yang sekalipun lemah tetapi cukup mampu untuk mengungkap adanya konspirasi ini.
Terus kenapa diam saja?
Ada beberapa hal menurut analisa saya :
  • Ada yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan jabatan dan kekuasaan. Bukannya untuk melawan infiltrasi dan pengaruh luar atau kontra inteligen. Dan biasanya dimiliki oleh orang yang bermental antek atau begundal penjajah, haus kekuasaan dan tidak peduli pada nasib rakyat dan bangsa Indonesia. Sekalipun di media, mereka tampaknya sangat peduli dan memikirkan rakyat.
  • Ada yang mencoba untuk melawan dan mengajak rakyat Indonesia untuk mampu melawan agenda AS dan sekutunya (penjajah), namun karena tidak kuat oleh serangan balik para penjajah, lalu menjadi putus asa. Mereka biasanya dicitrakan buruk oleh media massa dan tidak disukai oleh rakyat.
  • Ada yang mencoba untuk melawan tetapi dengan setengah hati. Karena memiliki kepentingan lain, dan takut kepentingannya dihancurkan oleh AS & Sekutunya. Mereka secara perlahan-lahan kemudian disingkirkan oleh para penjajah dari pentas atau arena kekuasaan.
  • Ada yang masih berjiwa muda saat ini, yang sedang membangun konsolidasi gerakan untuk melawan agenda penjajahan. Berjuang menyadarkan rakyat untuk bangkit dan sadar sepenuhnya bahwa Indonesia masih terjajah. Dan pada suatu saat nanti mampu melawan, membebaskan Indonesia dari penjajahan dan menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang maju, bangsa yang besar dan bermartabat.

Evo Morales presiden Bolivia, adalah salah satu contoh pemimpin yang tidak disukai oleh AS dan sekutunya, namun akhirnya mampu memenangkan pemilihan presiden. Dan sekarang Bolivia menjadi lebih maju. Evo Morales telah menasionalisasi perusahaan-perusahaan minyak multinasional miliknya para penjajah. Sehingga di media massa jaringan milik AS dan sekutunya selalu mencitrakan Evo Morales dan Bolivia secara buruk. Dan begitulah memang maunya AS & Sekutunya, yang akan berjuang dengan segala cara untuk mengganggu rakyat Bolivia dan menggulingkan Evo Morales.
Sukarno digulingkan bukan oleh Suharto, tetapi oleh kekauatan besar seperti AS. Suharto hanyalah bagian dari alat penjajah. Suharto bisa menggulingkan Sukarno dan menghilangkan pengaruh Sukarno di mata rakyat karena dukungan yang luar biasa besar dari AS. Data-data tentang hal ini sudah mudah kita dapatkan di buku-buku yang bercerita tentang peran CIA dalam penggulingan Sukarno.
Kalau Negara lain bisa, seperti Cina, Iran dan Bolivia, mengapa Indonesia tidak?
AS dan sukutunya sebenarnya sudah mulai berkurang kekuatannya, karena semakin banyaknya Negara yang kaya sumber daya alam yang bangkit melawan penjajahan seperti Iran dan Bolivia. Juga Negara yang banyak penduduknya seperti Cina. Sehingga terjadilah Krisis keuangan dinegara penjajah tersebut. Sehingga saat ini adalah saat yang tepat bagi kita rakyat Indonesia untuk mulai bangkit dan melawan agenda-agenda penjajahan. Salah satunya adalah melawan neoliberalisme.
Karena kekayaan AS dan sekutunya di dapatkan dari eksploitasi sumber daya alam dan rakyat dari Negara jajahannya seperti Indonesia. Seperti Belanda yang menjadi kaya dan maju karena menjajah Indonesia selama 350 tahun.

Jumat, 29 Mei 2009

Say No to Neo Liberalisme : Neo Liberalisme = Neo Imperialisme = Neo Kolonialisme

Konsep neo liberalisme akan sulit dipahami oleh rakyat kebanyakan di negara miskin dan berkembang karena hebatnya system ini bekerja. Banyak dari kita (Indonesia) tidak sadar bahwa sebenarnya Indonesia sedang dijajah oleh bangsa lain, dan ada begitu banyak kaki tangan / antek / begundal penjajah yang ada di Indonesia.
Saya sendiri bukanlah seorang ekonom, namun dari beberapa kali interaksi dengan dunia aktifis gerakan anti neolib, saya mendapatkan sudut pandang yang berbeda untuk menterjemahkannya. Yang semoga mudah untuk dipahami.

Neo Liberalisme = Neo Imperialisme = Neo Kolonialisme = Penjajahan Gaya Baru.

Neo Liberalisme adalah konsep liberal yang membuat siklus atau putaran ekonomi dunia selalu menguntungkan Negara maju. Sebuah system ekonomi di mana Negara maju dan kuat bisa mendapat keuntungan sebesar-besarnya dari Negara lemah dan miskin. Contohnya : Bagaimana Jepang dan Amerika mendapat kekayaan dari Indonesia

Siapa saja yang tergabung dalam negara penjajah?
Yaitu negara-negara yang paling diuntungkan oleh sistem ekonomi dunia sekarang ini. Diantaranya : Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Itali, Jepang, Israel, Perancis dan beberapa negara lain. Tanda-tandanya adalah negara tersebut memiliki perusahaan yang bersifat inernasional dan menguasai dunia.
Ada juga negara bukan penjajah namun menjadi kepanjangan tangan penjajah, namun diuntungkan oleh sistem ini. Atau sengaja dibiarkan oleh Penjajah untuk mengelabuhi negara terjajah. Misalnya Korea Selatan, Malaysia dan Australia.

Ada beberapa Negara di dunia yang bukan pengikut neo liberalisme, dan tidak bisa dijajah oleh Negara Amerika dan sekutunya. Di antaranya Cina, Iran, atau yang terbaru adalah Bolivia yang presidennya “Evo Morales” menolak neo liberalisme.

Siapa yang membuat konsepnya?

Tentu dalam hal ini adalah para penjajah. Dalam era sekarang adalah Washington Consensus. Pusat penjajahan sekarang memang ada di Amerika Serikat.

Bagaimana mungkin konsep itu berjalan tanpa kita merasa bahwa kita (bangsa Indonesia) dalam kondisi terjajah?

Itulah hebatnya system neo liberalisme ini bekerja. Di mana cara yang mereka gunakan benar-benar sangat halus dan cerdas agar orang-orang dinegeri terjajah tidak merasa terjajah.

Mengapa banyak orang “berpendidikan” di Indonesia yang tidak mengetahuinya?
Sebagian kecil telah menyadarinya dan sekarang sedang berjuang untuk menyadarkan bangsa kita agar bangkit dan melawan penjajah. Dan tentu saja orang-orang seperti ini akan selalu disingkirkan oleh para penjajah. Contohnya adalah Rizal Ramli.

Cara yang lain yang biasa digunakan yaitu dengan memberi beasiswa orang pintar dari Indonesia, lalu disekolahkan di negara penjajah (AS dan sekutunya) dan mendoktrin orang-orang pintar itu. Sehingga orang-orang pintar itu kehilangan daya kritisnya dan menyalahkan rakyatnya sendiri (Indonesia) atas kemiskinan atau kelemahan yang terjadi pada bangsa.

Sehingga, sangat mudah kita temukan para ekonom Indonesia memiliki pola pikir atau paradigma neo liberal. Tidak mampu bersikap kritis bahwa konsep neo liberal telah menimbulkan ketimpangan ekonomi negara maju dan negara miskin.
Mereka kembali ke Indonesia dengan gelar tinggi, menjadi tenaga pengajar atau konsultan dengan gaji tinggi, sehingga tidak menyadari makna ketidakadilan dan penjajahan.
Orang-orang pro neoliberalisme tentu banyak yang tidak sadar bahwa otak dan hati mereka sudah dipenuhi paham-paham neoliberalisme.

Uraian di bawah ini, semoga menambah wacana kita tentang neo liberalisme. Dan saya berharap ada respon balik dari sahabat semua.

  • Neo liberalisme adalah tindak lanjut imperialisme (penjajahan) atau biasa disebut neo imperialisme. Hal ini disebabkan karena penjajahan dengan model peperangan dan memakai senjata sudah tidak dapat lagi diterima, dan akan mudah menimbulkan perlawanan dari negeri terjajah. Sehingga dibuatlah sebuah konsep agar para penjajah tetap bisa menguasai dan mengendalikan ekonomi di Negara lain yang bisa dikuasai. Bahasa sederhananya adalah kalau dulu penjajahan memakai senjata, namun sekarang memakai cara dan instrument yang tidak tampak dan halus, misalnya Washington Consensus. Lembaga yang dipakai misalnya Bank Dunia, ADB atau IMF. Prinsipnya adalah bagaimana Negara maju dan kaya mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya dengan mengeksploitasi Negara miskin/lemah (Negara berkembang).
  • Caranya tidak lagi dengan membayar upeti/pajak seperti masa lalu, tetapi memakai instrument lain seperti hutang (bunga hutang yang harus dibayar). Para penjajah tampak seperti orang yang baik dengan meminjami Indonesia, namun lihatlah, Indonesia tidak bisa membangun justru karena terjerat hutang. Karena harus mencicilnya berserta bunga-buangnya. Belum lagi membayarnya pakai dollar yang dibuat selalu menguat terhadap rupiah, sehingga sebenarnya Indonesia membayar kembali dengan nilai yang berlipat.
  • Atau liberalisasi perdagangan. Di mana Negara miskin dan berkembang sudah pasti akan kalah dalam persaingan, sehingga hanya menjadi negara konsumen. Rakyat Indonesia bekerja keras untuk mendapatkan uang agar bisa membeli produk-produk yang ditawarkan oleh Negara penjajah. Dan tentu saja, produk dari Negara penjajah lebih bagus dan lebih canggih, sehingga lebih menarik rakyat di negeri terjajah untuk membelinya. Sehingga siklus ekonomi tetap mengalir dari Negara miskin dan berkembang ke Negara penjajah yang kaya dan maju. Atau rakyat di Negara terjajah bekerja keras untuk memberi keuntungan pada Negara Penjajah.
  • Yang bisa kita lihat secara langsung adalah bagaimana rakyat Indonesia bekerja keras untuk mampu membeli produk-produk buatan mereka, mulai mobil, HP, TV, Kulkas dan berbagai perabot lainnya. Mereka diwakili oleh perusahaan-perusahaan multinasional (multinational corporation). Bukannya orang Indonesia tidak mampu membuat mobil, HP atau komputer. Orang Indonesia sebenarnya bisa dengan mudah membuatnya dengan harga yang jauh lebih murah, tetapi karena konspirasi Multi National Corporation, usaha ke arah itu pasti akan segera dihancurkan dengan segala cara. Dan tentu ada beberapa perusahaan dalam negeri yang “dibiarkan hidup” untuk mengelabuhi agenda mereka.
  • Cina merupakan salah satu negara yang berani melawan Neo Liberalisme, dan membuka pasar mareka di saat mereka memang benar-benar siap (membuat proteksionisme yang cerdas). Sehingga sekarang ini mampu menjadi ancaman kelompok negara terjajah. Dan tentu saja, Cina terus diloby agar bergabung dengan kelompok penjajah.
  • Ciri khas lain dari negara terjajah (seperti Indonesia) adalah perdagangan ekspor yang bisa dilakukan kebanyakan berupa bahan baku mentah atau bahan dasar. Yang setelah sampai di negara penjajah akan diolah kembali menjadi produk yang lebih berguna, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mereka dan untuk dijual lagi di negeri terjajah. Misalnya biji besi dari Indonesia diambil oleh jepang dan dijual lagi ke Indonesia berupa mobil dan produk kebutuhan lainnya. Yang tentu saja harganya menjadi berkali lipat lebih tinggi.
  • Atau negeri terjajah diberi kesempatan untuk ekspor ke negeri penjajah agar merasa senang. Misalnya mobil yang dirakit (bukan diproduksi tetapi hanya “merakit”) di Indonesia lalu diekspor. Untuk menunjukkan bahwa mereka adalah “orang baik” atau “negara baik”. Padahal keuntungan terbesar tetap diperoleh perusahaan Muli Nasional tersebut yang dimiliki oleh pengusaha dari negara-negara maju dan kuat.
  • Negara penjajah tidak akan membiarkan negeri terjajah menjadi maju dan cerdas, karena pasti akan mengancam eksistensi dan kepentingan penjajah. Kalaupun ada orang pandai dari negara terjajah, maka mereka akan segera melakukan 2 hal. Pertama, diracuni atau di cuci otak. kedua, kalau tidak mempan disingkirkan (tentu dengan cara halus). Para penjajah akan berjuang keras agar negeri terjajah tetap terbelakang.
  • Di negara terjajah seperti Indonesia, selalu ada antek-antek atau agen atau kaki tangan yang mendukung penjajah. Sama dengan jaman perang kemerdekaan dulu, ada antek-antek yang selalu membela kepentingan penjajah. Antek-antek itu kalau jaman belanda dulu biasanya adalah raja-raja dan keluarga bangsawan yang tidak peduli pada nasib rakyat dan tidak peduli pada ketidakadilan. Para antek ini berkoalisi dan berkolaborasi dengan penjajah, dan membodohi rakyatnya sendiri. Lihatlah sekarang, banyak antek penjajah yang memuji-muji Amerika dan sekutunya. Siapapun mereka, merekalah antek/agen/begundal neo liberalisme / neo kolonialisme. Padahal ketidakadilan sistem ekonomi neo liberal telah benar-benar membuat ketimpangan antara negara kaya dan mmiskin.
  • Mengapa mereka suka sekali menjadi antek? Sama dengan jaman Belanda dulu, mereka bisa menjadi raja, atau mendapatkan pangkat dikerajaan. Kalau sekarang, mereka bisa menjadi presiden, menteri, gubernur, direktur BUMN, dll. Yang menentang penjajah? Mereka disingkirkan. Paling banter jadi dosen atau lainnya yang tidak memiliki kekuasaan. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang pro status quo yang tega menindas rakyatnya sendiri dan sangat suka menjilat kepada bangsa penjajah. Mereka akan berjuang mati-matian agar tidak terjadi perubahan, yang bisa membahayakan kedudukan dan harta mereka.
  • Antek-antek atau Begundal atau orang pro status quo akan selalu bekerja sama untuk saling mengelabuhi dan membodohi rakyat. Bahkan, mereka bisa menjual bangsanya sendiri dan membiarkan kesengsaraan rakyat sementara mereka hidup ditengah kemewahan. Kalau mereka memang bukan antek penjajah, coba mereka suruh bilang bahwa “saya tidak takut dengan amerika” atau suruh mereka mengkritik amerika yang suka membunuhi rakyat Negara lain seperti di Irak, Afganistan, Palestina, Vietnam dan lain-lain. Tentu para antek/agen/begundal itu tidak akan berani, karena yang mereka pikirkan cuma perut (harta) dan kekuasaan (tahta) mereka.
  • Bangsa penjajah seperti Amerika dan sekutunya, memiliki jaringan intelijen yang sangat hebat diseluruh dunia. Juga didukung oleh jaringan media global. Yang sanggup menaikkan seseorang menjadi presiden atau menggulingkan seseorang dari kursi presiden. Sanggup menjadikan sesorang tiba-tiba menjadi populer dan sanggup membuat seseorang menjadi jelek di mata orang lain (masyarakat). Kecuali beberapa negara yang memiliki kekuatan solid atau persatuan dan kesatuan diantara rakyatnya, sehingga tidak bisa ditembus dengan cara intelijen dan jaringan media mereka. Misalnya Cina dan Iran.
  • Dalam skala terbatas, bangsa penjajah juga masih menggunakan kekuatan bersenjata seperti di Afganistan dan Irak, karena cara-cara intelejen tidak mempan. Tujuannya, untuk menakut-nakuti negara lain sekaligus menguasai sumber-sumber minyak di Irak dan Afganistan. Isu terorisme hanyalah bualan Amerika dan sekutunya. WTC ambruk pun bukan karena Osama bin Laden, tetapi karena mereka sendirilah yang mengebomnya, agar ada alasan untuk menyerang afganistan dan Irak (negara yang sangat kaya akan minyak). Coba lihat, pernahkah PBB mengeluarkan data resmi tentang berapa rakyat Irak dan Afganistan yang terbunuh akibat invasi Amerika dan sekutunya? Tentu tidak ada, karena akan menimbulkan protes Internasional dan mengancam bangsa penjajah. Dan tentu saja karena PBB adalah bagian dari alat penjajahan.
  • Program-program bantuan ke rakyat seperti BLT bukanlah tanda ekonomi kerakyatan. Justru pembagian BLT adalah salah satu tanda-tanda neo liberalisme. Di mana ketika terjadi perubahan yang mendadak akibat krisis kapital, maka Negara terjajah didorong untuk mengeluarkan bantuan dengan tujuan : pertama, rakyat tidak mengamuk kepada pemerintahnya, kedua, agar rakyat tetap bisa membeli produk buatan penajajah, ketiga, agar rakyat menganggap bahwa pemerintahnya baik (dan tidak menuduh pemimpinnya antek penjajah). yang pasti bantuan itu tidak akan mampu membuat rakyat menjadi lebih cerdas dan mandiri.
Tentu masih ada catatan-catatan lain yang menunjukkan bahwa Indonesia dalam kondisi terjajah. Dan semoga ada teman-teman lain yang melengkapinya, atau nanti akan disambung lagi

Indonesia bisa menjadi lebih maju dan kuat daripada Amerika, Jepang, Inggris atau Jerman kalau mau sungguh-sungguh memanfaatkan dan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya sendiri. Kita telah diberikan Tuhan modal SDA yang sangat besar. Jauh lebih besar dari pada yang dimiliki oleh Malaysia, Singapura, Korea Selatan dan Jepang. Mari kita jujur kepada diri kita sendiri mengapa kita membiarkan diri ketinggalan dari negara-negara maju tersebut?

Puaskah kita hanya sejajar dengan Philipina? Atau Vietnam yang baru merdeka tahun 1980?

Rabu, 27 Mei 2009

Lawan Penjajahan : Tolak Neoliberalisme

Mudah diucapkan namun begitu sulit untuk diurai dan dijelaskan kepada rakyat Indonesia bahwa Indonesia sekarang ini dalam kondisi terjajah. Penjajah itu adalah Amerika Serikat dan sekutunya.
Konsensus Washington benar-benar telah terbukti menjadi alat dari neo kolonialisme. Di mana consensus Washington membuat siklus ekonomi dunia selalu menguntungkan Negara maju dan merugikan Negara miskin atau berkembang seperti Indonesia.
Di negara maju rakyatnya hidup bermewah-mewah dan penuh pesta pora, sekalipun negaranya miskin sumber daya alam, sementara di Negara miskin dan berkembang terdapat banyak rakyat yang hidup melarat dan kelaparan, sekalipun memiliki sumber daya alam yang melimpah.
Sistem Neo Kolonialisme telah dibuat sedemikian rupa, agar mampu mengeksploitasi dan menjajah Negara miskin dan berkembang yang kaya akan sumber daya alam.
Sistem ini dikembangkan setelah penajajahan model lama, dimana pusatnya dalah di Inggris dengan sekutu-sekutunya seperti Belanda, Portugis dan Perancis sudah tidak bisa diterima dan mulai muncul pemberontakan-pemberiontakan untuk kemerdekaan di seluruh dunia. Mulailah dimunculkan konsep baru, yang lebih tidak terlihat agar Negara-negara maju tersebut tetap dapat menguasai ekonomi Negara-negara lain di dunia.
Pusatnya di Amerika dan dinamakam consensus Washington.
Jadi, inti utama dari penjajahan adalah eksploitasi ekonomi Negara terjajah oleh Negara penajajah.

Coba kita lihat, ada total 192 Negara di dunia, dimana yang menjadi Negara maju terkumpul dalam Negara G8 (Negara penajajah). Beberapa Negara menjadi cukup maju namun bukan penjajah seperti Cina dan Iran. Sementara sebagian besar negara lainnya atau lebih dari seratus negara, yang sebenarnya kaya akan sumber daya alam, namun miskin dan terbelakang seperti Indonesia.

Contoh bahwa system sekarang ini menguntungkan Negara maju dan besar, dan merugikan Indonesia adalah :
Indonesia mengekspor biji besi, lalu setalah sampai dinegara maju misalnya jepang atau Amerika, diubah menjadi logam, aluminium, sampai menjadi mobil, komputer, HP dan lain-lain. Yang sebagian besar dinikmati oleh rakyat di negara maju tersebut dan sebagian lagi diekspor Indonesia. Harganya (mobil, motor, komputer, atau HP) menjadi ratusan kali lipat dari pada nilai ekspor biji besi.
Apakah Indoensia tidak mampu membuat komputer, mobil atau HP sendiri? Tentu bisa, namun sistem neoliberalisme telah memaksa Indonesia tidak mampu membuatnya. Selalu ada upaya dan pengaruh dari negara-negara maju agar industri teknologi yang lebih maju tidak bisa hidup di Indonesia.

Inilah yang disebut Kemiskinan Struktural, di mana orang/individu/negara menjadi miskin disebabkan sistem ekonomi dunia yang dibuat tidak adil dan hanya menguntungkan beberapa negara penjajah.

Tentu saja, ada antek atau begundal dari penjajah yang bisa hidup kaya ditengah-tengah kemiskinan rakyatnya sendiri. Dan hanya Antek dan Begundal penjajah yang bisa menjadi pemimpin Bangsa Indonesia, karena mendapat dukungan yang kuat dari penjajah. Dan calon pemimpin yang anti penjajah pasti akan di lawan oleh negara-negara penjajah.

Dalam skala yang lebih luas, kalau kita mau melakukan sedikit analisa, maka tampak sangat jelas bahwa Bangsa Indonesia sudah benar-benar kehilangan kedaulatan ekonominya. Ekonomi Negara dan bangsa Indonesia benar telah diatur sedemikian rupa untuk selalu menguntungkan Negara penjajah.
Misalnya PT Freeport di Papua, pernahkah kita tahu berapa sesungguhnya emas yang diambil setiap tahunnya? Adakah orang Indonesia yang bisa masuk ke Freeport dan mengaudit pendapatan emasnya? Yang setiap hari dikirim ke Amerika Serikat.
Siapa yang menjual Emas Papua ke PT Freepot (Amerika)? Sudah jelas Rezim Suharto.
Freepot dan Amerika sudah pasti untung, tetapi apa untungnya buat Indonesia???

Kalau jaman belanda yang dieksploitasi adalah rempah-rempah dan hasil tambang. Begitu juga pada era neo liberalisme. Yang berbeda hanya perangkat teknologi lebih maju dan lebih rakus serta system neo liberalisme yang menaunginya.

Kalaupun ada usaha yang dikelola oleh orang-orang pribumi, sifatnya hanya yang kecil-kecil saja, agar tampak bagus, dan bisa membodohi rakyat Indonesia. Atau satu-dua orang dari rakyat Indonesia yang dibiarkan menjadi kaya.

Apakah para pemimpin bangsa ini sadar?
Sebagian sadar dan sebagian tidak. Sementara sebagian besar yang lain justru menjadi antek atau begundal penjajah.
Diantara yang sadar, sudah dalam posisi yang dipinggirkan.
Sama pada jaman belanda, ada raja yang anti Belanda, dan ada raja yang Pro Belanda. Raja yang anti Belanda dan melawan penajahan (untuk memerdekakan rakyatnya) pasti akan segera diperangi atau digulingkan, diganti dengan raja baru yang pro Belanda.
Pemimpin atau Raja yang menjadi antek atau begundal inilah yang selalu mempengaruhi rakyat agar tidak melawan penajajah, dan selalu mengatakan bahwa keadaan kita baik-baik saja.
Begitu juga era sekarang, di mana pusat penjajahan ada di Amerika, maka siapapun yang pro Amerika (dan sekutunya) akan mendapat dukungan dengan Amerika.
Telah banyak bukti dalam sejarah, dan dalam banyak literature dan juga laporan CIA, bahwa Amerika memiliki jaringan intelejen yang hebat yang sanggup menggulingkan kekuasaan raja/presiden/PM di seluruh dunia. Hanya sedikit Negara yang sanggung berdiri secara indpenden dan mampu melawan hegemoni dan kooptasi Amerika (dansekutunya), seperti China, Iran dan Rusia.
Belajar dari pengalaman itu, ada calon presiden Indonesia yang benar-benar pro pada Amerika dan semua kepentingannya dengan kompensasi di dukung menjadi Presiden. Presiden seperti itu hanyalah antek dan begundal dari Amerika dan sekutunya. Dia akan bialng bahwa Indonesia baik-baik saja dan lebih baik tetap bersikap manis terhadap Amerika dan sekutunya.
Perangkat untuk melakukan kooptasi dan hegemoni terhadap negara ketiga yang biasa dipakai oleh negara maju :
  1. Jaringan intelejen. Yang sanggup membuat kacau sistem negara lain.
  2. Jaringan media massa (koran dan TV internsionalnya) sanggup membuat seseorang muncul ke publik dengan polesan yang sangat bagus yang membuat rakyat terpesona dan akhirnya memilihnya menjadi presiden. Juga mampu membuat seseorang menjadi tampak buruk dan menjadi tokoh yang dibensi Oleh rakyat.
  3. Jaringan Pendidikan. Di mana sekalipun ada dana 200 Trilyun untuk Pendidikan di Indonesia, namun model pendidikan dan kurikulum belajarnya sudah disetting sedemikian rupa untuk menjaga kepentingan penajajah. Juga melalui beasiswa pendidikan dari orang pintar Indonesia ke negara maju. Biasanya akan tercuci oraknya selama sekolah di Negara Penjajah. Hanya sebagian kecil yang pulang ke Indonesia dan tetap kritis terhadap Negara penjajah.
  4. Dan jaringan lainnya

Sekali lagi sulit sekali menjelaskan semua ini pada rakyat Indonesia : bahwa rakyat dan bangsa kita sedang dalam kondisi terjajah. Ayo Bangkit Lawan Penjajahan!!!

Jangan pilih pemimpin yang pro pada penjajah Amerika dan sekutunya!!!

Masih sulit untuk menerimanya bukan???

Begitulah juga pada zaman penajahan Belanda dulu, selama 350 tahun kita di jajah Belanda. Selalu ada aktifis atau pemimpin yang menyuarakan untuk melawan penajajah namun ditolak Rakyat. Misalnya Sultan Agung atau Pangeran Diponegoro. Para pemimpin seperti ini lahir karena sudah tidak kuat lagi melihat ketidakadilan yang terjadi.
Namun, disisi lain, antek dan begundal Belanda (para raja atau elit politik) saat itu juga bekerja keras meyakinkan rakyat bahwa hidup rakyat sudah lebih baik di bawah kerajaan Belanda. Sudah ada pembangunan misalnya jalan Daendless jalan yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya. Yang sebelumnya tidak ada. Dan sekian keberhasilan pembangunan yang lain. Dan mengajak rakyat untuk setia dan menganggap baik penjajah Belanda.
Sehingga Indonesia baru merdeka setelah 350 tahun dijajah oleh Belanda. Itupun karena Belanda kalah perang dengan Jepang, dan terpaksa menyerahkan Indonesia pada Jepang. Lalu rakyat Indonesia baru tersadarkan secara masif akan perlunya melawan penjajahan.
Akankah kita masih menunggu waktu yang lama lagi agar menjadi negara yang benar-benar merdeka dan terbebas dan intervensi dan pengaruh asing?
Maukah kita mempelajari dan menyebarluaskan bahwa ada penajajahan gaya baru yang sedang berlangsung dan menjajah Indonesia?
Dan bersediakan kita berjuang untuk menegakkan kembali kedaulatan ekonomi dan politik Indonesia?
Dan selalu kekuasaan politik dan ekonomi dalam sebuah negara selalu dikendalikan oleh sedikit orang cerdas dan kreatif. Yang kita perlukan hanya bagaimana kelompok minoritas cerdas dan kreatif ini adalah orang-orang yang benar-benar baik. Bukan antek dan begundal para penjajah. Kalau era Sukarno Hatta bisa, kita pun bisa melakukannya. Semua kembali kepada diri kita.

Selasa, 31 Maret 2009

Dunia Politik Yang Terbalik dan Sejarahnya

Awal kehidupan manusia dimulai dengan tidak adanya aturan. Semua terjadi secara alami (natural) atau bisa disebut natural society. Mereka mendapatkan makanan yang sudah disediakan oleh alam. Mereka menikah dan berkeluarga karena memang adanya kebutuhan biologis dan seksual yang diperlukan.
Seiring berjalannya waktu, ketika jumlah manusia semakin bertambah, mulailah muncul aturan/kesepakatan di antara mereka agar tidak muncul perselisihan atau pelanggaran hak terhadap yang lainnya.
Mulailah muncul kesepakatan-kesepakatan yang diantaranya adalah tentang pernikahan. Misalnya si A mendapat istri si B, dan si C mendapat istri si D. Si E mendapat istri si G. Dan seterusnya.
Aturan dan kesepakatan itu tidak sepenuhnya mulus, karena sudah sifat manusia yang selalu ada sisi baik dan sisi buruk. Sehingga mulailah terjadi pelanggaran terhadap aturan, misalnya si A merebut istrinya si C, atau si A dan si C berselingkuh, sehingga terjadilah perselisihan, perebutan, pertengkaran dan bahkan pembunuhan.
Dalam setiap konflik, selalu dimenangkan oleh orang yang kuat. Yang kuat kemudian memiliki kekuasaan untuk menindas yang lemah. Sekalipun ada juga orang kuat yang baik hati, bukannya menindas tetapi malah melindungi yang lemah.
Jumlah manusia yang semakin banyak membuat munculnya banyak pelanggran terhadap aturan dan kesepakatan-kesepakatan. Yang kuat tidak lagi ditentukan kekuatan fisik mereka, tetapi mereka yang mampu bersekutu, bekerjasama dan berkelompok sehingga memiliki kekuatan yang semakin besar.
Untuk menjaga kelompok atau grup mereka ini, mulailah muncul kesadaran tentang perlunya pemimpin yang bisa menjaga kesepatakan mereka sendiri dan persatuan.
Pemimpin biasanya adalah orang yang dihormati, atau orang yang paling kuat di antara mereka. Yang sebagian berfungsi untuk mengatur atau menengahi konflik agar kehidupan mereka bisa bertambah baik. Atau agar kelompok mereka tidak dikuasai oelh kelompok lain.

Dan sudah menjadi bagian dari sifat manusia akan adanya kesrakahan sehingga ada ketua suku yang baik, tetapi ada juga yang justru menindas. Kemudian mulailah muncul perpecahan, dan lahirlah suku-suku dengan setiap suku dipimpin oleh ketua suku.

Ketika jumlah manusia semakin banyak, dan mulai banyak suku-suku, mulailah suku-suku tersebut berpindah-pindah tempat dan menyebar ke pelosok bumi yang lain.

Bibit konflik yang sebelumnya memang sudah ada tidak menyebabkan mereka berjenti untuk berselisih, entah karena makanan, wanita atau kekuasaan. Karena sudah hukum alam mengenai tabiat manusia, selalu ada orang yang ingin jadi kepala suku, atau ada sebuah suku yang ingin menguasai suku-suku lain. Ada kelompok atau suku yang kemudian ingin menguasai (menjajah) suku lain.

Penyebabnya bermacam-macam, misalnya karena suku A ternyata kehidupannya lebih makmur dibanding dengan suku B sehingga muncul rasa iri. Atau sebab-sebab lain.

Konflik antar suku menyebabkan munculnya suku yang kalah dan suku yang menang. Suku yang kalah biasanya menjadi budak atau bekerja pada suku yang menang. Lalu muncullah suku yang sangat kuat dan mampu menguasai beberapa suku yang lain.

Beberapa orang “cerdas” atau pemimpin yang “baik” di antara mereka kemudian perlu untuk membuat konsensus baru tentang perlunya wadah yang lebih besar, sehingga lahirlah kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja atau Kaisar atau nama yang lainnya.

Berbeda dengan suku, kerajaan sudah memiliki raja yang membawahi menteri-menteri dan pasukan. Suku-suku dan ketua sukunya kemudian menjadi bawahan dari raja yang diharuskan membayar upeti atau pajak untuk mengelola kerajaan.

Tentu saja, kerajaan ini mula-mula mendapat banyak tentangan dari suku yang tidak setuju. Namun, tuntuntan akan perubahan karena semakin banyaknya jumlah manusia, membuat kerajaan ini menjadi eksis.

Mula-mula sistem kerajaan berjalan baik dan akhirnya diterima oleh anggota rakyat lainnya. Dan sistem yang lebih besar ini, dianggap bisa memenuhi kebutuhan rakyatnya akan rasa adil, aman dan tenteram. Sehingga muncullah kerajaan-kerajaan.

Dan tentu saja, seiring berjalannya waktu, di mana karena para raja itu memiliki kekuasaan yang lebih besar dan bahkan membawahi sebuah pasukan perang. Mulai muncul penyelewengan atas kewenangannya sebagai Raja. Raja yang semula diharapkan membawa rasa adil, aman dan tenteram, justru malah mulai lupa diri dan menindas atau mengskploitasi rakyatnya sendiri.

Muncullah penderitaan-penderitaan rakyat yang bahkan mungkin lebih ganas dan lebih sistematis, dibanding dengan kehidupan model kesukuan. Karena bahkan rakyat biasa harus terbiasa menyembah rajanya, atau hubungannya yang jauh dengan rajanya.
Raja atau kaisar bukan lagi menjadi seorang pemimpin, namun mereka sudah menjuluki manusia setengah dewa. Rakyat diwajibkan untuk menyembahnya karena dianggap sebagai wakil dewa atau wakil Tuhan.
Muncullah pemberontakan-pemberontakan dan pengambilalihan kekuasaan, entah karena rajanya tidak adil, atau karena memang ada orang yang bernafsu menjadi raja.
Juga muncullah saling perang antar kerajaan karena keinginan untuk menguasai dan menjajah negara lain. Dan tentu ada beberapa kerajaan yang bisa hidup secara damai dan berdampingan.

Lalu muncullah “kesadaran” baru dari para orang cerdik dan pandai, tentang perlunya kontrol terhadap raja. Sehingga raja tidak bisa berbuat sewenang-wenang.
Pada masa ini, muncullah agama yang berdampingan dengan kekuasaan. Di mana para pemimpin agama memiliki hak untuk ikut mengontrol raja dan kerajaan.
Semula berjalan baik, namun lambat laun, mulailah muncul kongkalikong (kolusi) antara raja dengan para pemimpin agama.
Lembaga-lembaga agama menjadi stempel keputusan raja, terlepas dari apakah keputusan raja itu baik atau buruk untuk rakyatnya. Sehingga munculnya penindasan dan eksploitasi baru yang disebabkan oleh kolusi antara raja dan pemimpin agama. Dan tentu saja, lahirlah pemberontakan-pemberontakan dan penggulingan kekuasaan dengan pola atau model baru. Penderitaan rakyat tentu menjadi lebih hebat dan terjadi karena masalah struktural.

Integrasi antara Sistem kekuasaan (politik) dan agama menjadi perdebatan, karena tidak mampu memakmurkan rakyatnya, bahkan malah membuat kerajaan-kerajaan menjadi semakin kacau.

Lalu, muncullah wacana demokrasi, di mana raja perlu dikontrol oleh orang-orang yang dipilih langsung oleh rakyatnya. Di mana rakyatnya kemudian memilih apa yang dinamakan wakil rakyat. Ada lembaga eksekutif yang dipimpin oleh Perdana Menteri (PM) atau seorang Presiden, dan ada lembaga legislates yang berfungsi untuk mengontrol eksekutif.

Sekarang ini, raja-raja atau system kerajaan sudah mulai berkurang atau hampir punah. Kalaupun masih ada ada yang menganut system kerajaan, umumnya Raja sudah tidak memiliki kekuasaan penuh. Dan seringkali hanya menjadi symbol. Kecuali sedikit Negara seperti Negara Arab Saudi, di mana rajanya masih memiliki kendali penuh atas kerajaan karena berkoalisi atau berkolaborasi dengan pemimpin agama.

Terus apakah system sekarang ini menjadi lebih baik dan mampu memakmurkan rakyat???

Fakta-fakta menunjukkan munculnya kolusi baru antara eksekutif dan legislatif. Juga, lembaga-lembaga tinggi negara secara lambat laun menjadi saling berkolusi (bukannya saling mengontrol) untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan menghianati kepercayaan rakyat.
Sekalipun mereka hidup dari uang yang diambil dari pajak rakyat, namun mereka mampu hidup bermewah-mewahan di atas kesengsaraan dan kemiskinan rakyat. Atau, bahkan bersama-sama kongkalikong untuk menindas rakyatnya.

Partai Politik?

Setali tiga uang....

Awal mula berdirinya partai politik adalah karena adanya perbedaan politik diantara rakyat baik secara individu maupun berkelompok. Sehingga muncullah beberapa partai politik untuk memperjuangkan masing-masing aspirasi rakyat yang berbeda.

Jadi, tujuan dasar dari berdirinya partai politik adalah alat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.

Namun, yang terjadi sekarang, tujuan dasar berdirinya parpol sudah menjadi terbalik. Di mana parpol adalah alat untuk mendapatkan kekuasaan.
Sekalipun dalam visi dan misi yang tertulis dalam buku-buku pedoman organisasinya, namun kenyataan yang terjadi justru sebaliknya.

So, mungkinkah ada sistem yang lebih baru lagi untuk menggantikan sistem demokrasi yang penuh kemunafikan ini?

Atau,

Adakah cara/sistem untuk mengendalikan nafsu keserakahan dan kebinatangan para penguasa (“pemimpin) terhadap tahta, harta dan wanita?