Kamis, 09 Juli 2009

AGENDA NEO LIBERALISME DAN PILPRES

Pemilu kali ini memperjelas adanya konspirasi para penjajah untuk membuat pemimpin boneka di Negara Indonesia. Dan dengan dukungan Amerika dan sekutunya maka terpilihlah pemimpin boneka tersebut. Pemimpin boneka yang siap mengabdi kepada kepentingan dan agenda neo liberal.
Sekalipun sempat muncul isu neoliberalisme, namun tidak menurunkan pamor para pemimpin pendukung neo liberalisme. Karena rakyat Indonesia sudah di desain sedemikian rupa untuk tidak peduli terhadap hal-hal yang berbau ideologis. Rakyat Indonesia sudah masuk ke dalam setting ideology global kapitalisme. Ciri masyarakat kapitalis di antaranya adalah bergaya hidup konsumtif, individualis dan menyukai tokoh yang populis.
Namun setidaknya pada pilpres kali ini telah muncul isu neolib ke masyarakat melalui pemberitaan media massa. Sekalipun hanya sebentar, dan belum mampu mempengaruhi pikiran rakyat Indonesia akan bahayanya agenda neo liberalisme bagi bangsa dan rakyat Indonesia.
Negara G7 sebagai pembawa agenda neoliberalisme, sudah pasti tidak akan membiarkan rakyat Indonesia menjadi cerdas dan kritis terhadap maksud tersembunyi dari neo liberalisme, yaitu PENJAJAHAN. Dan dengan kekuatan mereka yang sangat kuat dan kompak, dengan mudah bisa menjadi penentu siapa Presiden Indonesia yang akan terpilih. Dukungan dana, inteligen dan jaringan media massa mereka akan segera bekerja untuk membantu kemenangan Pemimpin boneka.
Pasa saat reformasi 98, sebelumnya saya tidak menyadari akan kemungkinan adanya kepentingan asing para penjajah. Beberapa tahun setelah itu saya baru menyadari bahwa ada kepentingan penjajah (AS, Jepang dan sekutunya) yang ikut bermain sehingga Suharto bisa dilengserkan. Tanpa itu, rasanya sulit gerakan mahasiswa mampu sedemikian solid dan sangat cepat memaksa Suharto turun. Saya tidak tahu apakah manta aktifis 98 juga memiliki pemikiran yang senada.
Kenapa AS dan sukutunya membiarkan dan mendukung demonstrasi anti Suharto? Sudah pasti karena Suharto sudah tidak mereka anggap lagi sebagai orang yang menguntungkan para penjajah itu.
Kalau mahasiswa angkatan 98 saja mudah ditunggangi oleh Negara-negara penjajah, apalagi rakyat kebanyakan yang menjadi penentu dalam PILPRES?
Yang saya pahami tentang Negara-negara penjajah adalah Negara-negara yang tergabung dalam kelompok G7 : Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat. Negara yang memiliki ekonomi terkuat didunia. Akhir-akhir ini G7 memasukkan Cina sebagai anggota sehingga menjadi G8. Tetapi tampaknya Cina bukanlah type Negara penjajah, sehingga sulit dikendalikan. Dampaknya adalah Cina menjadi penyebab salah satu runtuhnya atau krisisnya ekonomi di Negara kaya tersebut. Di samping G7, ada beberapa Negara lain yang menjadi pendukung G7 seperti Korea, Malaysia, Singapura dan Australia yang ikut menikmati kemakmuran dari penjajahan. Bukan karena Negara tersebut benar-benar mampu tetapi lebih karena dukungan dari G7, untuk memanipulasi kedok penjajahan mereka. Atau Negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, yang sekalipun mereka Negara kaya, tetapi para pemimpinnya takut berhadapan dengan AS dan sekutunya, yang bisa menyebabkan mereka digulingkan dari kekuasaannya.
Cobalah lihat keanehan dukungan Amerika Serikat terhadap Raja Saudi yang jelas-jelas merupakan Negara yang tidak memakai sistem demokrasi. Kenapa??? Karena raja Arab Saudi masih setia dan menguntungkan AS dan sekutunya.
Arab Saudi sebenarnya memiliki kemampuan untuk membuat Amerika dan sekutunya bangkrut dalam sekejap. Karena Arab Saudi memiliki ladang minyak yang menghasilkan 12 juta barel perhari. Kalau saja Arab Saudi memotong eksplorasi minyak menjadi separuhnya (setengahnya) saja menjadi 6 juta barel perhari, maka harga minyak dunia bias naik berlipat-lipat dan meruntuhkan ekonomi Negara G7. Untuk itulah Negara-negara kaya minyak itu akan selalu menjadi prioritas utama AS dan sekutunya untuk selalu dikendalikan.
Atau coba lihat keanehan Amerika Serikat dan sekutunya yang mendukung secara Mutlak terhadap Negara Israel. Sekalipun Israil hamper setiap hari membunuh rakyat Palestina. Berapa ratus ribu atau bahkan berapa juta Rakyat Palestina yang dibunuh oleh tentara Israel. Dan lihatlah sikap para pemimpin Negara G7 atau media massa yang ada di sana yang seakan menutup mata dan telinga terhadap kebrutalan Israel terhadap Palestina. Sampai sekarang, yang secara vulgar terus mempertonotnkan kebrutalannya dalam membunuhi rakyat palestina.
Khusus untuk intervensi Amerika dan sekutunya terhadap Indonesia, saya sendiri belum menemukan secara rinci bagaimana cara kerjanya. Namun saya meyakini, bahwa Amerika Serikat dan sekutunya memiliki cara yang lebih canggih untuk mempengaruhi suara rakyat Indonesia.
Ada sebuah cerita dari temen saya yang kebetulan dekat dengan Wiranto, tentang salah satu indikasi peran AS dalam pilpres di Indonesia.
Pada saat akan mendeklarasikan Partai Hanura (jauh sebelum pileg), ada konsultan politik dari Washington yang menemui Wiranto. Dan menawarkan kepada Wiranto untuk memilih Sri Mulyani atau Boediono sebagai cawapresnya. Tawaran ini, mengindikasikan bahwa Sri Mulyani dan Boediono sudah disiapkan jauh-jauh hari oleh Amerika Serikat.
Mungkin cerita ini bisa benar dan salah, dan bisa diperdebatkan. Namun kalau kita membaca buku-buku tulisan Bob Woodward tentang peran CIA di dunia, tertulis dengan jelas bahwa Amerika memiliki ribuan cara dan strategi yang sangat canggih untuk mendukung sesorang menjadi presiden atau menggulingkan seorang presiden dari kursi kekuasaannya. Salah satu buku yang saya sukai dari karya Bob Woodward adalah “Perang Rahasia CIA 1981-1987”. Di situ dilukiskan secara jelas bahwa Amerika Serikat bermain dalam setiap pemilihan presidan atau pemimpin Negara-negara di dunia. Juga bagaimana CIA mendanai operasinya dan cara mendapatkan dananya.
Kalau AS tidak menyukai seorang pemimpin sebuah Negara, maka akan ada kerja-kerja khusus dan sistematis untuk segera menggulingkan pemimpin tersebut. Tentunya Negara tersebut adalah Negara yang dpandang potensial untuk dijajah misalnya seperti Indonesia, Afganistan, Iran, Nigeria, atau Negara-negara yang kaya akan minyak atau sumber daya alam lainnya.
Caranya sangat banyak mulai dari cara yang halus sampai cara yang kasar. Misalnya menciptakan pemberontak di Nigeria dan Negara-negara afrika sehingga Negara tersebut menjadi lemah, atau dengan cara pembunuhan terselubung. Misalnya pembunuhan terhadap Muammar Kadafi (pemimpin Libya) yang tidak berhasil.
Ada beberapa Negara yang sanggup bertahan misalnya Iran, Cina atau Libya. Tetapi lebih banya Negara yang sangat mudah di infiltrasi dan digoyang, seperti Negara Indonesia, Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab.
Beberapa temen-temen aktifis anti neoliberal yang saya temui ternyata juga pernah membaca buku yang sama. Mungkin kawa-kawan juga pernah membaca buku-buku yang mirip dengan ini.
Repotnya adalah, bahwa teori konspirasi adalah kondisi yang sangat sulit untuk kita jelaskan dan sampaikan kepada rakyat Indonesia. Karena rakyat Indonesia belum memiliki tradisi membaca atau mengkaji hal-hal yang bersifat serius. Atau lebih suka dan terbiasa dengan hal-hal bersifat instant dan pragmatis.
Kadang-kadang saya merasa putus asa, tentang bagaimana mengungkapkan hal ini secara ringkas dan mudah diterima oleh orang lain dan rakyat pada umumnya. Hanya kawan-kawan aktifis atau mantan aktifis yang mampu menagkap, menganalisa dan memahaminya.
Mungkin sangat mudah untuk mengatakan Bahwa Bangsa kita Indonesia masih terjajah oleh kekuatan asing.
Namun, banyak orang akan menyangkalnya, karena dari SD sampai perguruan tinggi, makna penjajahan yang didapatkan adalah penjajahan model Belanda. Atau dengan kekuatan senjata.
Tidak ada dalam pelaran sekolah tentang : Kenapa Indonesia bisa dijajah lama sekali oleh Belanda (sekitar 350 tahun)?
Kenapa rakyat Indonesia baru merdeka setelah 350 tahun???
Belanda menjadi kaya raya dan menjadi maju, karena hasil jajahannya yang sebagian besar didapatkan dari Negara Indonesia.

Juga tidak kita temukan dalam pendidikan sejarah di sekolah tentang kenapa Pangeran Diponegoro atau Pahlawan lainnya tidak mendapatkan dukungan yang kuat dari Rakyat pada saat itu??? Yang kita tahu, bahwa Pangeran Diponegoro dikianati oleh wakilnya sendiri, tertangkap lalu diasingkan oleh Belanda.

Mungkin kawan-kawan memiliki analisa lain yang lebih tajam dan memiliki bukti-bukti otentik lainnya bahwa Indonesia adalah negeri yang terjajah. Kalau ada, berarti benar bahwa apa yang saya pikirkan adalah benar. Munkin bisa saling berbagi.

Dan mungkin sudah saatnya kita untuk melawan Penjajah. Intinya adalah Penjajahannya, bukan siapa Presidennya.
Kalau Presiden kita ternyata lebih berpihak dan mendukung agenda para Penjajah, salah satunya adalah dukungannya terhadap agenda neoliberalisme, maka dengan terpaksa sekali kita juga harus berhadapan dengan Presiden kita sendiri.


Kalau memang benar bahwa Kita siap untuk bersatu menyadarkan rakyat bahwa Indonesia sedang terjajah maka diperlukan langkah-langkah yang perlu kita mulai sejak sekarang. Mumpung, situasi masih cukup panas, karena konflik elit yang sedang sibuk berebut kekuasaan. Dan siapa tahu kita bisa memanfaatkan situasi ini untuk mempercepat konsolidasi gerakan sampai ditingkat rakyat untuk melawan neo liberalisme, neo imperalisme dan neo kolonialisme.
1. Mengajak kawan-kawan kita yang aktif atau bekerja di media massa untuk ikut membantu menyadarkan rakyat akan pentingnya menyadari bahwa Indonesia masih Terjajah, dan perlunya berjuang melawan penjajahan. Kita semua tahu bahwa opini rakyat sangat dipengaruhi oleh opini yang berkembang di media massa. (TV, Koran dan lain-lain). Dan kita juga menyadari bahwa media massa sekarang ini lebih berorientasi kepada industri dan bisnis, sehingga para pekerja media menjadi tidak peduli kecuali hanya pada kepentingan profesional pekerjaan dan gaji.
2. Mengajak siapapun untuk bergabung dalam gerakan melawan neo liberalisme, neo kolonialisme dan neo imperialisme. Artinya kita perlu menghilangkan sekat psikologis karena perbedaan partai maupun agama. Yang paling penting siapapun yang mau mendukung gerakan anti neoliberalisme. Tidak perduli apakah dia seorang tokoh pemerintah atau salah seorang penguasa. Hilangkan sikap curiga antar kawan, sekalipun kawan tersebut sedang dekat dengan penguasa atau tokoh tertentu. Yang terpenting adalah dukungannya terhadap gerakan ini sehingga gerakan ini bias mudah menjadi besar karena kuatnya dukungan, dan mampu menyadarkan rakyat Indonesia akan penjajahan. Untuk sementara, hilangkan sikap tentang siapa yang mau memimpin karena yang terpenting adalah agenda melawan penjajahan.
3. Memanfaatkan semua media yang lain, seperti internet untuk memperkuat jaringan dan konsolidasi gerakan.
4. Bersiap-siap untuk mendapatkan serangan balik. Karena para penjajah tidak akan diam dan membiarkan para pemberontak.
Dan tentu masih banyak cara lainnya.

Analisa di atas bisa saja salah, namun mari kita lihat bersama-sama selama 5 tahun ke depan, dengan indicator : pemimpin penguasa Indonesia mengabdi dan berjuang berlandaskan 4 konsensus dasar RI (Pancasila, UUD'45, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI) atau justru mengabdi pada Washington Consensus (Deregulasi, Stabilisasi, Restrukturisasi, Privatisasi, dan Liberalisasi)

Rabu, 08 Juli 2009

PILPRES 2009 DAN RAHASIA KEMENANGAN SBY-BOEDIONO

Jauh-jauh hari sebelum PILPRES saya sudah yakin sepenuhnya bahwa SBY akan memenangkan kembali PILPRES 2009. Bukan karena kehebatan SBY dan Tim Suksesnya, tetapi karena ada dukungan dari AMERIKA SERIKAT (AS) terhadap SBY, sejak Pemilu 2004.
Dan saya sudah yakin sebelumnya bahwa SBY juga tidak akan memilih Hidayat Nurwahid (PKS) sebagai cawapresnya. Bukan karena Hidayat Nurwahid jelek atau tidak disukai SBY, tetapi karena Hidayat Nurwahid bukan dukungan AS. Dukungan dan rekomendasi AS adalah Sri Mulyani atau Budiono.
Memilih Hidayat Nurwahid yang berbasis partai Islam tentu saja tidak disukai oleh AS, dan dengan mudah SBY ditinggalkan atau dijatuhkan oleh AS dan sekutunya.
Banyak orang heran mengapa sejak tahun 2004 tiba-tiba SBY menjadi sedemikian popular dan mendapat tempat di hati rakyat?
Dan mengapa tahun 2004 dan 2009 ini suaranya begitu besar?
Apa jasa SBY yang terbesar sehingga rakyat Indonesia begitu memujanya?
Kalau memang AS berada dibalik kemenangan dan popularitas SBY, bagaimana cara kerjanya?
Itulah hebatnya konspirasi dari Negara-negara penjajah yang tidak tersentuh dan bekerja secara canggih.
Di dalam buku karya Bob Woodward yang berjudul “Perang Rahasia CIA 1981-1987” ditemukan banyak bukti nyata yang menunjukkan peran Negara AS dan sekutunya dalam mempengaruhi seluruh Negara-negara di dunia. Mulai cara yang halus sampai dengan cara yang kasar, misalnya dari menskenario berita di media massa sampai mendanai pemberontakan dan pembunuhan terselubung.
Di dalam Pemilu 2009 ini, ada beberapa fakta yang bisa kita kumpulkan, dianalisa dan dirangkai sampai menemukan adanya kekuatan besar yang ikut bermain dibelakang SBY. Fakta-fakta ini bisa saja dianggap lemah dan tidak berdasar pada bukti yang nyata. Karena kalau mudah ditebak dan diungkap ke public, bukan teori konspirasi namanya.
  • Di tahun 2004, SBY tiba-tiba menjadi popular bukan karena dia hebat dan cerdas, atau bukan karena jasanya yang besar bagi Negara Indonesia tetapi karena HANYA di bilang kekanak-kanakan oleh Taufik Kiemas suami Megawati. Dan segera saja ada blow up dari media massa yang mengarah pada pencitraan bahwa SBY telah di didolimi/dianiaya oleh Megawati. Begitu kuatnya pemberitaan itu, sehingga SBY “tampak” seperti orang baik dan Megawati “tampak” seperti orang jahat. Dan rakyat kebanyakan secara umum mudah dipengaruhi oleh hal-hal kecil seperti ini. Siapa yang menskenario media massa Indonesia sehingga bisa semudah itu tergiring untuk mempahlawankan SBY hanya karena masalah sepele?
  • Di tahun 2004, juga di tahun 2009, SBY tidak hanya memenangkan banyak suara di Indonesia, tetapi juga diluar negeri. Padahal tahun 2004 SBY hanya didukung partai yang baru muncul. Ada semacam jaringan Intelligen yang sangat kuat yang ikut berkerja untuk memenangkan SBY. Dan tentu saja bukan jaringan inteligen dari Indonesia yang mampu melakukan hal-hal besar seperti itu. Dugaan saya adalah jaringan inteligen dari Negara penjajah pimpinan Amerika Serikat.
  • Coba lihat selama kampanye PILPRES 2009. Hampir tidak ada kejelekan atau kesalahan SBY yang ter blow up oleh media massa. Kalapun ada hanya muncul sebentar, lalu dengan cepat akan tertutup oleh isu-isu lain. Dan yang terpengaruh hanya sekelompok kecil rakyat Indonesia yang melek Informasi dan memiliki daya berpikir kritis. Bukan kebanyakan rakyat Indonesia yang jauh-jauh hari telah dipengaruhi atau dihegemoni akan kebaikan SBY. Atau kampanye sudah disetting sedemikian rupa untuk tidak mampu merubah pilihan rakyat.
  • SBY menang di quick count, dan tidak ada protes. Hebat bukan? Sekalipun ada kecurangan, yang bahkan kecurangan yang telah di ambil gambarnya oleh TV. Kenapa? Karena ada jaringan yang secara hebat bekerja dan mempengaruhi untuk tidak tercipta protes dan lain-lain. Yang jelas karena SBY didukung oleh AS. Berbeda dengan kejadian di Iran, ketika Ahmadinejad memenangkan PILPRES baru-baru ini. Tiba-tiba muncul isu kecurangan (yang tidak terbukti sama sekali) dan terjadi protes di mana-mana. Lalu, tiba-tiba ada seorang demonstran wanita yang tertembak. Lalu, CNN memberitakan berkali-kali selama hampir 4 jam tanpa putus, dan selama beberapa hari yang mampu mengarahkan opini dunia seakan Ahmadinejad yang menembak sendiri demonstran tersebut. Dan lihat juga, televisi di Indonesia yang juga turut menyiarkan secara berulang-ulang sampai beberapa hari. Bandingkan dengan pemberitaan tentang pembunuhan rakyat di Irak dan Afganistan oleh tantara AS yang hamper setiap hari terjadi. Yang jumlahnya mencapai ratusan ribu orang. Benar-benar mengerikan namun tidak pernah diberitakan. Sehingga rakyat di dunia menganggap Presiden Iran penjahat dan presiden Amerika adalah orang baik. Untunglah, rakyat Iran cukup solid dan tidak mudah diinfiltrasi dan diadu dmba lebih jauh.
  • Opini melalui media massa adalah salah satu alat yang paling utama di gunakan oleh AS dan sekutunya untuk terus menguasai dunia. Lihatlah Israel yang menjajah dan bertindak brutal dengan menembaki demonstran Palestina, bahkan menyerang rakyat tidak berdosa Palestina secara membabi buta. Namun, opini di dunia sanggung di setting atau di arahkan sedemikian rupa untuk menutup-nutupi kejahatan Israel di Palestina. Sekalipun secara resmi Badan Dunia telah menyatakan Israel telah melakukan kejahatan perang di Palestina. Bahkan, media massa bisa digiring ke opini bahwa kelompok Hamas lah yang bersalah. Luar biasa bukan?
  • Apakah benar media massa Indonesia semudah itu dipengaruhi pemberitaannya oleh agenda konspirasi global? Saya tidak tahu secara persis. Namun, coba pertanyaannya dibalik, sejauh manakah para pekerja media massa Indonesia menyadari sepenuhnya akan adanya teori konspirasi global tersebut? Mungkin kawan-kawan dari media massa yang paling berhak untuk menjawab secara jujur dan kritis masalah ini.
  • Kasus di Malalah Time di mana SBY ditempatkan sebagai 100 tokoh yang paling berpengaruh di dunia. Setelah di chek berkali-kali, ternyata nama SBY tidak termasuk dari 100 tokoh tersebut, bahkan nama SBY tidak tercantum di daftar kandidatnya yang berjumlah 203 orang. Tetapi majalah Time, memuat foto 100 tokoh tersebut di sampul halaman, dan ada gambar SBY. Kok bisa ya? Begitukah cara salah satu mesin inteligen AS bekerja? Dan hebatnya, di Indonesia, ketokohan SBY di Majalah Time itu diiklankan diberbagai media massa. Anehnya, hamper tidak ada media massa yang mau mengulas kebohongan tersebut. Hanya sedikit sekali di metro TV yang pernah saya lihat ditengah malam hari.
  • Dana kampanye yang sangat besar dari ketiga capres Indonesia. Dari mana mereka mendapatkan, dan seberapa besar yang telah dikeluarkan? Dari tahun ke tahun, rakyat Indonesia tidak pernah benar-benar tahu karena masih lemahnya system keterbukaan terhadap keuangan di Indonesia. Dan ini adalah celah yang sangat mudah disusupi dipermainkan oleh orang luar yang memiliki kepentingan. Dan bisa saja, ketiga Capres mendapatkan dukungan dana dari luar. Tetapi, kita tidak pernah tahu dan tidak pernah terungkap.
  • Berbondong-bondongnya partai Islam berkoalisi dengan Partai Demokrat dan SBY, tentu bukan kejadian yang normal dan natural. Karena ada jaringan inteligen AS dan jaringannya di Indonesia yang ikut bermain. Coba kita pikirkan lagi secara mendalam, alasan apa sesungguhnya yang membuat partai-parti berbasis Islam sedemikian mudahnya bergabung dengan SBY? Apakah hanya murni masalah kekuasaan? Menurut saya tidak, karena sekalipun mereka memang juga rakus kekuasaan, tetapi ada ideology yang masih tersisa yang membuat mereka harusnya tidak semudah itu berkoalisi dengan SBY.
Dan berbagai fakta yang lain yang masih sangat banyak yang bisa kita temukan, yang kalau kita mau berpikir kritis dan mendalam akan benar-benar terungkap adanya AS dibalik PILPRES 2009.
Sehingga kemengan SBY bukan ditentukan oleh rakyat, tetapi ditentukan oleh Kekuatan Asing bernama Amerika Serikat dan sekutunya.
Intinya AS dan sekutunya bisa menaikkan atau menjatuhkan popularitas seseorang dalam waktu singkat dan secara sistematis tanpa rakyat kebanyakan menyadarinya. Bahasa kasarnya adalah kalau tiba-tiba secara tidak sengaja anda menginjak semut. Lalu semut itu mati karena anda. Lalu di blow up sedemikian rupa di media massa. Maka akan sanggup membuat orang yang melihatnya menjadi sangat kasihan kepada semut yang terinjak dan mati tersebut, dan kemudian menyalahkan anda sebagai orang yang tidak bertanggungjawab dan kejam karena telah membunuh semut.
Pertanyaan penting berikutnya adalah Tidak adakah orang-orang ditingkat elit dan orang pandai di Indonesia yang mengetahui hal ini?
Saya yakin sudah banyak yang tahu. Karena disamping orang-orang pintar, Indonesia juga memiliki intelegen Negara, yang sekalipun lemah tetapi cukup mampu untuk mengungkap adanya konspirasi ini.
Terus kenapa diam saja?
Ada beberapa hal menurut analisa saya :
  • Ada yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan jabatan dan kekuasaan. Bukannya untuk melawan infiltrasi dan pengaruh luar atau kontra inteligen. Dan biasanya dimiliki oleh orang yang bermental antek atau begundal penjajah, haus kekuasaan dan tidak peduli pada nasib rakyat dan bangsa Indonesia. Sekalipun di media, mereka tampaknya sangat peduli dan memikirkan rakyat.
  • Ada yang mencoba untuk melawan dan mengajak rakyat Indonesia untuk mampu melawan agenda AS dan sekutunya (penjajah), namun karena tidak kuat oleh serangan balik para penjajah, lalu menjadi putus asa. Mereka biasanya dicitrakan buruk oleh media massa dan tidak disukai oleh rakyat.
  • Ada yang mencoba untuk melawan tetapi dengan setengah hati. Karena memiliki kepentingan lain, dan takut kepentingannya dihancurkan oleh AS & Sekutunya. Mereka secara perlahan-lahan kemudian disingkirkan oleh para penjajah dari pentas atau arena kekuasaan.
  • Ada yang masih berjiwa muda saat ini, yang sedang membangun konsolidasi gerakan untuk melawan agenda penjajahan. Berjuang menyadarkan rakyat untuk bangkit dan sadar sepenuhnya bahwa Indonesia masih terjajah. Dan pada suatu saat nanti mampu melawan, membebaskan Indonesia dari penjajahan dan menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang maju, bangsa yang besar dan bermartabat.

Evo Morales presiden Bolivia, adalah salah satu contoh pemimpin yang tidak disukai oleh AS dan sekutunya, namun akhirnya mampu memenangkan pemilihan presiden. Dan sekarang Bolivia menjadi lebih maju. Evo Morales telah menasionalisasi perusahaan-perusahaan minyak multinasional miliknya para penjajah. Sehingga di media massa jaringan milik AS dan sekutunya selalu mencitrakan Evo Morales dan Bolivia secara buruk. Dan begitulah memang maunya AS & Sekutunya, yang akan berjuang dengan segala cara untuk mengganggu rakyat Bolivia dan menggulingkan Evo Morales.
Sukarno digulingkan bukan oleh Suharto, tetapi oleh kekauatan besar seperti AS. Suharto hanyalah bagian dari alat penjajah. Suharto bisa menggulingkan Sukarno dan menghilangkan pengaruh Sukarno di mata rakyat karena dukungan yang luar biasa besar dari AS. Data-data tentang hal ini sudah mudah kita dapatkan di buku-buku yang bercerita tentang peran CIA dalam penggulingan Sukarno.
Kalau Negara lain bisa, seperti Cina, Iran dan Bolivia, mengapa Indonesia tidak?
AS dan sukutunya sebenarnya sudah mulai berkurang kekuatannya, karena semakin banyaknya Negara yang kaya sumber daya alam yang bangkit melawan penjajahan seperti Iran dan Bolivia. Juga Negara yang banyak penduduknya seperti Cina. Sehingga terjadilah Krisis keuangan dinegara penjajah tersebut. Sehingga saat ini adalah saat yang tepat bagi kita rakyat Indonesia untuk mulai bangkit dan melawan agenda-agenda penjajahan. Salah satunya adalah melawan neoliberalisme.
Karena kekayaan AS dan sekutunya di dapatkan dari eksploitasi sumber daya alam dan rakyat dari Negara jajahannya seperti Indonesia. Seperti Belanda yang menjadi kaya dan maju karena menjajah Indonesia selama 350 tahun.